Rabu, 26 April 2017

AHOK GUBERNUR BALI?

Bali
Brigjen Soekarmen
Entah kenapa komen di tempat saya tiba-tiba dipenuhi dengan tema, "Ahok untuk Gubernur Bali 2018".

Saya heran, siapa yang memintanya? Apakah warga Bali sendiri?

Kalau warga Bali, saya jelas sarankan jangan. Karena sayang kalau Ahok itu terkurung di satu daerah saja. Lagian Bali itu sudah lumayan beres dari segi penataan kotanya dan tidak perlu Ahok lagi. Ahok lebih baik ngurusin nasional saja. Jadi Mendagri kek, Menteri Ekonomi kek dan lain sebagainya..

Tapi kok yang ngotot Ahok supaya mendaftar jadi Gubernur Bali banyak yang namanya abu-abu gitu. Biasanya ini kaum bumi datar. Kenapa ya?

Usut punya usut sampe bulu ketek kusut, ternyata ada rajanya bumi datar King Jon Ru yang giginya keriting papan. Itu ternyata gaya sindiran kepada warga Bali dengan, "Kenapa kok Ahok gak dicalonkan jadi Gubernur Bali aja, berani gak orang Bali?".

Ia ingin menyamakan situasi di Jakarta yang banyak muslimnya dengan Bali yang banyak Hindunya kenapa gak mau memilih Gubernur yang beda agama?

King Jon Ru dengan mahkota di hidung kelihatan bingung menganalogikan sesuatu. Masak dia tdk tahu, bahwa Gubernur itu harus mengajukan dirinya? Lha, masalahnya ada gak partai atau perorangan yang di Bali dari kalangan muslim? Kalau ada dan pede, ya boleh-boleh saja.

Saya yakin kalau pun ada, orang Bali tidak akan ngedit-ngedit video dengan caption "dibohongi dengan kitab sucinya". Lalu demo sampai berjuta-juta tumpah ruah sampe pinggir pantai Ketapang dan minta penjarakan hanya karena takut calonnya kalah..

No, saya tahu karakter orang Bali karena dua tahun tinggal disana. Mereka terbiasa menjaga orang shalat Jumat tanpa takut tergerus akidah. Jadi kalau memang ada partai yang merasa bahwa calon muslim itu menang, pasti akan dicalonkan. Masalahnya kan tidak ada ?

Lagian kalau faktor agama begitu sensitifnya bagi kaum bumi datar - karena disana agama ibarat tali kolor yang ukuran S meski pinggangnya XXL alias super ketat - apa mereka tidak baca sejarah ya ?
Tahun 1967 ada Gubernur Bali namanya Sukarmen, wong Blitar dan muslim. Dan tidak ada ada masalah tuh ? Sama seperti Jakarta dipimpin Henk Ngantung yang juga non muslim, juga tidak ada masalah.

Lalu masalahnya dimana?

Masalahnya sebenarnya ada di pertumbuhan organ kaum bumi datar.
Meski dunia semakin luas dengan adanya internet, tetapi otak mereka malah mengecil seupil karena picik dan rasis. Akhirnya melihat sesuatu itu cuman agama dan agama. Mabok, kayaknya. Kebanyakan dicekokin tequila yang diambil dari hasil perasan jenggot yang semalam basah terkena iler yang menetes liar.

Mereka tidak pernah berfikir tentang program, tentang konsep, tentang sistem dan banyak lagi yang menjadikan seseorang itu layak di posisinya atau tidak. Pokoknya agama dulu, ngecrit belakangan..

Memang mereka pikniknya kurang jauh. Kalau ngga kamar ya kamar mandi, balik kamar trus kamar mandi lagi. Begituuu terus seharian.. Keluar kamar mandi senyum2 tanda senang.

Mau seruput kopi tapi kok jadi keinget tequila tadi ya ? Geli-geli gimanaa gitu..

BUNI YANI, DIMAKAN MONSTER CIPTAANNYA SENDIRI

Mug
Buni Yani
Dapat kabar Buni Yani jualan Mug untuk mengongkosi hidupnya. Si "pahlawan umat" ini sama sekali tidak di bela umatnya. Bahkan pengacaranya juga malah minta bayaran yang naudzubillah besarnya. Ia di habisi oleh perbuatannya sendiri.

Cukup banyak alasan untuk membenci Buni Yani yang perbuatannya sudah merusak tatanan negeri ini. Bahkan lebih besar lagi, hampir saja merusak keutuhan dan kerukunan bangsa.

Tapi mau bagaimana lagi? Kita hanya bisa menarik pelajaran dari kasus ini, bahwa masih banyak masyarakat kita yang lebih suka menghakimi daripada susah payah klarifikasi. Padahal dalam kitab suci disinggung tentang berhati-hatilah terhadap "kabar orang fasik" dan pentingnya tabayyun.

Seperti kata Imam Ali : "Membuktikan kebenaran kepada orang bodoh itu mudah. Membuat mereka menerimanya itu yang susah".

Ah, jadi malah kasihan pada nasibnya sekarang. Buni Yani dimakan monster yang diciptakannya sendiri.

Hanya satu kata hiburan yang bisa saya berikan pada dia. Terimalah hukumanmu dengan lapang dada. Karena hukuman di dunia akan mengikis banyak dosa sebelum hari pengadilan tiba..

Gagahlah, Buni Yani..

Berkacalah pada Ahok -orang yang kau fitnah- yang dengan berani membela dirinya dibantu oleh banyak pengacara yang membela dia karena ketulusannya..

Satu pertanyaan saja,

Mug itu kalo dipake ngopi kira-kira rasanya tetap enak gak ya?

Sumber : Denny Siregar

JAKARTA YANG KEHILANGAN AHOK

Jakarta
Karangan Bunga di Balaikota
Ratusan karangan bunga memenuhi balaikota.

Sebagian besar bertuliskan rasa kehilangan. Rasa yang mendalam karena selama ini sudah mendapatkan pelayanan yang benar.

Jakarta kehilangan Ahok.

Meski ia sudah bersusah payah untuk membela warga Jakarta, rupanya sebagian besar masih belum bisa menerimanya.

Bukan, bukan karena kinerjanya. Mereka puas akan apa yang Ahok lakukan. Tetapi mereka lebih suka pemimpin yang seiman, yang satu ras dan yang suka santun-santunan.

Tidak ada lagi deretan manusia di pagi hari dari mereka yang resah akan ketidak-adilan di kota ini. Tidak ada lagi sekedar selfie dan haha hihi dari ibu-ibu yang sekedar hanya ingin pose diri bersama orang yang dia kagumi.

Jakarta kehilangan Ahok.

Para marbot, para pasukan bersih-bersih, anak-anak penghuni rusun yang diselamatkan dari takdir kemiskinan dengan tinggal di pinggir kali dan warga yang kebanjiran setiap hari.

Sudah tidak ada lagi yang blusukan masuk ke ruang-ruang kumuh, sekedar melihat apa yang bisa dikerjakan untuk membantu mereka yang kesusahan.

Sudah tidak ada lagi yang pasang badan di depan para pengembang supaya bisa mengucurkan sebagian dana mereka untuk taman-taman kota, rusun-rusun yang layak huni dengan seperangkat perabotan lux di dalamnya.

Sudah tidak ada lagi yang melindungi uang rakyat yang selama ini dibagi-bagi diantara para pejabat rakus yang hanya peduli pada sejawat.

Jakarta kehilangan Ahok..

Meski itu salah Jakarta sendiri, yang masih emosional cara berfikirnya. Jakarta yang masih melihat baju putih bersih sebagai malaikat, kata santun sebagai penyelamat dan ketakutan tidak bisa berusaha karena ancaman sesaat.

Tidak akan ada lagi berita menarik yang lewat tentang Jakarta di beranda. Karena yang muncul darinya - seperti biasa - hanya kepalsuan belaka. Sama seperti banyak daerah lain yang lebih senang memilih yang palsu asal sopan daripada orisinal dengan ketegasan yang jujur tersampaikan.

Jakarta kehilangan Ahok..

Seperti kopiku yang berkurang rasa pahitnya.

Sumber : Denny Siregar

Kamis, 06 April 2017

APA KABARNYA FIRZA HOTS & KAK EMMA?

Firza Husen
Firza
Lama tidak dengar kabar tentang kasus Firza Hots dan Kak Emma. Kasus ini seperti mengendap tanpa ada kabar apapun. Hilang seperti kentut yang cuma mampir di ujung hidung -buat orang marah-marah- untuk kemudian pergi bersama angin.

Bagaimana bisa begitu? Supaya paham, kita kembali dulu ke aksi 212.

Ketika penahanan "pelaku makar aksi 212", polisi juga menyita gadget mereka. Dari isi gadget, polisi bisa menentukan langkah selanjutnya. Dan banyak "hil yang mustahal" di gadget orang-orang itu yang jadi kartu as polisi untuk menekan mereka.

Ibaratnya "rahasia tergelap" mereka terbongkar sudah, bahkan diantaranya ada rahasia yang sangat memalukan jika dibuka keluar. Seperti ada gambar yang sedang mengupil pake jempol kaki.. sungguh mengherankan.

Oke, sesudah itu para "tersangka" dipulangkan ke rumah masing-masing dengan pernyataan tidak akan lagi ikut aksi bahkan muncul ke permukaan massa.
Efektif.

Sampai sekarang kita jarang sekali mendengar kicauan RS, KZ, AD bahkan tokoh emak2 RSP. Suara mereka hilang ditelan bumi dan tidak terdengar berkoar lagi..

Poin ini dimenangkan polisi. Tapi polisi punya satu target lagi, yaitu tokoh yang sedang naik daun dan punya pengaruh besar terhadap gelombang aksi selanjutnya. Karena itu polisi menangkap satu orang yang diduga dekat dengannya.

Dibongkarlah gadgetnya dan tampaklah gambar2 dan chat yang aduhai indahnya. Gambar2 itu "dibungkus" oleh polisi dan dibawa ke tokoh tadi.

"Gimana, kami punya gambar2 hot melotot nih. Bisa ngga berhenti dari aksi2 besar ?" Kata polisi. Si tokoh ini berkeras tidak mau. Lha, dia sudah dibayar banyak, nanti bisa wan prestasi bisnis selanjutnya bisa gak jalan lagi.

Mentok negosiasi, polisi mulai jalankan planning B. Gambar2 itu sulit dijadikan bukti hukum kuat, tapi ada satu senjata pemusnah massal jika gambar itu beredar yaitu hancurnya performa suci yang selama ini dibangun susah payah.

Karena polisi tidak mungkin menyebarkan, maka dibuatlah seolah-olah ada "anonymous". Dengan nama anonymous ini, beredarlah di dunia maya chat yang membuat seorang kakek - yang sudah mati segan hidup setengah mati - bisa bangkit dan muda kembali.

Maka mulailah sesi penghancuran karakter paling ganas di abad ini.

Perlahan kesucian itu ditelanjangi sebulat-bulatnya dengan beredar luas percakapan itu. Bully-an massif membuat harga diri jatuh ke dasar bumi. Polisi sudah diatas angin.

Untuk menepis kabar yg sudah beredar luas itu, pertahanan terakhir -meski sangat lemah- adalah membuat baliho dimana2 dengan tema "Bela Ulama".

Akhirnya sang tokoh menyerah. Ia datang ke salah satu menteri dan minta supaya tidak di kriminalisasi. Seperti tikus, ia sebenarnya memang digiring ke sang menteri karena disanalah sebenarnya kunci jawaban dan jalan keluarnya.

"Oke, saya bisa stop kasus itu. Tapi dengan syarat bla bla bla..". Kata sang menteri. Kali ini si tokoh kontroversial tidak bisa mengelak. Kacau kalau gambar2 itu beredar di dunia maya. Jejak digital bisa jadi jejak abadi. Masak satu waktu cicit2nya melihat eyangnya sedang dalam posisi sama seperti waktu mereka masih bayi ?

Maka sang menteri berjanji akan menjaga nama baiknya dengan catatan ia harus bekerja sama. Pertama, sang tokoh harus menghentikan aksi massa. Dan kedua, jika masih ada aksi beritahu siapa tokoh2nya.

Maka sang tokoh pulanglah dengan hati lega sambil mendengar lagu obbie messakh, "malu aku malu, pada semut merah.. yang berbaris di dinding, menatapku curiga.."

Ia kemudian meminta kelompoknya untuk tidak melakukan aksi besar lagi.

Tapi ada tokoh2 lain yang tidak setuju dengannya. Mereka ini jauh lebih radikal dan punya agenda sendiri. Tokoh lain ini memaksa untuk buat aksi yang lebih frontal yang sempat tertunda, yaitu jatuhkan sang Presiden.

Karena menghentikan tidak bisa, maka jalan satu-satunya membiarkan aksi itu dilaksanakan. Tapi kali ini sang tokoh tadi menjadi kaki tangan polisi.

Ia memetakan apa yang akan terjadi dan mengirimnya melalui pesan rahasia seperti film2 spy Hollywood. Kadang pake celana dalam bekas sebagai kode dan dijemur dengan merk di luar. Polisi juga menyamar sebagai pedagang tahu bulat dan siap mengambil cd bekas yang dijemur itu. Canggih lah strategi pertukaran informasi mereka...

Dan kita tahu akhirnya aksi 313 bisa diredam dan penjahat sebenarnya bisa diamankan...

Begitulah kenapa Firza Hots dan Kak Emma sampai sekarang tidak pernah lagi keluar.

Dapat kabar bahwa ternyata kode2 di cd bekas itu di merknya.

Kalau HINGs artinya Hari Ini Nasi Gorengs. Maksudnya, sedang ada pertemuan tertutup. Kalau RIDER artinya Rasanya peDes tapi segER. Yang maksudnya target sudah ditentukan untuk masuk gedung DPR.

Dan polisi yang menyamar sebagai pedagang tahu bulat memberi kode, "tahu bulat digoreng dadakan... 500 saja.". Maksudnya, siapa yang menggerakkan?.

Kode polisi langsung dijawab dengan cd bekas yang disobek di jemuran, artinya "si Khottot".

Ribet kan permainan intelijen itu?. Lebih mudah seruput kopi sebenarnya.

Denny Siregar

ZAKIR NAIK, ENTERTAINER AGAMA

Pendakwah Kontroversial
Zakir Naik
Tiba-tiba jadi inget program "beli rumah tanpa hutang". Seorang teman pernah ikut seminar gratisnya sehari. Disana dikasih kopi dan makanan kecil, katanya. "Trus, apa yang didapat disana?" Tanyaku. "Gak ada. Cuman klaim kesuksesan dan kalau pengen tahu lebih lanjut, ikuti seminar kedua tapi harus bayar sekian juta rupiah".

Saya jadi senyum sendiri dan teringat pengalaman sama dulu, waktu ikut seminar saham. Sama seperti dia, saya cuman ikut yang gratisnya aja karena bayar seminar kedua gak kuat harus bayar sekian juta.

Saya sendiri heran. Seandainya si yang punya seminar sukses menjual properti dan bermain saham, ngapain juga dia buka seminar membuka rahasianya ya?

Kalau sukses di properti, pasti seperti Ciputra yang seminar hanya sekedar eksistensi saja, bukan karena uang. Begitu juga pemain saham bagus, pasti akan konsentrasi di sahamnya daripada sibuk seminar kesana kemari.

Seorang teman berkata, "Trik-trik marketing sekarang semakin canggih. Mereka yang buka seminar-seminar gituan, biasanya adalah orang yang gagal dalam profesinya. Tapi mereka bisa membungkus kegagalan mereka untuk mendapatkan keuntungan. Terutama dari para pemula dengan menjual mimpi-mimpi besar.

Mereka tidak perlu takut di somasi ketika si pemula gagal, karena tinggal di klaim saja, "kamu kurang keras berusaha.."

Industrialisasi bacot memang aduhai. Cukup bentuk tim manajemen yang memanfaatkan istri, suami atau saudara, jadilah sebuah perusahaan kecil. Lalu bikin promosi melalui media seperti radio dan televisi. Sekarang bahkan diperkuat dengan youtube.

Dibungkuslah kegagalan disana dengan kesuksesan2. Dijual mimpi bahwa "satu saat kamu akan jadi begini, bisa beli yang itu.."

Dan industri ini sudah masuk ranah agama.

Ada pendeta yang harus pake aji Gundala Putra Petir untuk menjatuhkan sekian banyak umat dan di shooting oleh kamera lalu disebarkan melalui stasiun televisi (dulu begitu). Tujuannya apalagi jika bukan jemaatnya semakin banyak sehingga semakin banyaklah donasi.

Jadi melihat fenomena Zakir Naik juga saya tidak kaget.

Zakir Naik hanya mengisi celah pasar yang belum tergarap saja. Sampai sekarang, belum ada lagi pendebat tersohor setelah Ahmed Deedat. Zakir terinspirasi dan mengambil celah pasar itu..

"Celah pasar", itulah sebenarnya kata kuncinya. Maka dengan segala kemampuan berbicara, Zakir Naik memainkan "drama agama" dengan sangat manis. Ia mungkin kaget juga awalnya ketika banyak sambutan dari pihak muslim yang haus akan ketokohan dan hidup dengan perasaan kalah di India.

Ketika ada Zakir Naik ini, harga diri mereka terangkat. Apalagi ketika dari debat itu ada yang akhirnya masuk Islam, satu atau dua orang. Berita ini dikabarkan dengan bombastis melalui media-media, terutama media visual seperti youtube. Judulnya pun disesuaikan, "ribuan umat hindu masuk Islam sesudah mendengar ceramah Zakir Naik.."

Zakir seperti mengisi kehausan umat muslim disana..

Tapi fenomena masuk Islam itu hanya berjalan satu dua, sedangkan itu adalah alat marketing yang bagus. Maka tidak salah jika kemudian ceramah itu dibumbui dengan adegan settingan mulai si penanya sampai orang masuk Islam. Kayak acara termehek-mehek yang mulai dari awal sampe akhir semuanya diatur.

Semakin lama model seperti ini tampak juga. Maka wajar jika negara seperti India, Inggris, Pakistan sampai Malaysia mem-blacklistnya. Karena selain itu ada unsur tepu-tepunya. Dan yang bahaya bukan orang Kristen masuk Islam, tetapi orang Islam yang menjadi radikal sesudah mendengar Zakir Naik ceramah.

Karena itu ketika diundang ke Indonesia, tentu Zakir Naik mau saja. Ya, dimana-mana dia udah ketahuan belangnya dan sekarang mencari pasar baru yaitu Indonesia. Supaya tambah ngetop, maka ia harus melakukan marketing pendahuluan termasuk dengan berfoto bersama Jusuf Kalla yang gak ngerti apa-apa.

Sama seperti si pembicara beli rumah tanpa hutang, si pembicara seminar saham dan Zakir Naik, mereka sama-sama gagal di bidangnya. Tapi mereka mampu mengemasnya sebagai keuntungan dengan kemampuan seorang entertainer.

Dan satu kesamaan target marketing mereka adalah "orang-orang yang kurang pintar dan suka berangan-angan panjang".

Nah, model Zakir Naik ini juga bisa diadaptasi oleh para jomblo profesional. Kegagalan berkali-kali bisa dijadikan pengalaman dengan membuat buku "Tips dan trik menghadapi penolakan" atau buku "Sulit mendapat pasangan? Sama, saya juga".


Dari buku bikin youtube, terus bicara di radio dan satu saat punya acara sendiri dengan tema, "Semakin sering ditolak, semakin sukses" Jam terbang jomblo memang dari seberapa sering dia ditolak. Coba deh praktekkan. Kalau berhasil traktir saya minun kopi yaaaa.
Denny Siregar

Selasa, 04 April 2017

KALAH JADI ABU, MENANG JADI ARAB

Arabisasi
Wejangan Gus Dur
Saya punya teman SMP.

Dulu orangnya culun dan tidak terkenal. Mendadak ketika reuni nama dia berganti menjadi - sebut aja - abu simelekete. Saya sebenarnya mau ketawa hanya gak enak hati saja - soalnya dah lama gak ketemu.

Dan si abu ini seperti biasa mendadak ngustad. Anehnya, beberapa teman kayak dicocok hidungnya ketika si abu bicara agama. Mungkin karena "abu"nya. Saya sampe becanda pake peribahasa, kalah jadi abu menang jadi arab.

Lalu sekarang tiba-tiba kita mengenal si Gatot Saptono alias Al Khatat -susah ejaannya- alias Al Kempinski.

Buat kita mungkin lucu, tapi pertanyaan terbesarnya adalah kenapa banyak orang mendadak menjadi kearab-araban?

Mereka bukan saja mengganti nama Indonesianya menjadi nama arab. Tetapi bahkan cara berpakaiannya yang ke gurun pasir-gurun pasiran. Mereka saling menyapa 'antum', 'akhy', 'ukhti' dan sebagainya.

Dan kalau ada yang ulang tahun, berseliweran kata ucapan 'barakallahu fi umrik' dibales dengan ucapan 'Jazakallahu khairan'. Saya yakin, tidak banyak temanku yang tahu artinya sekedar ikut-ikutan trend saja. "Biar lebih Islami.." katanya.

Saya sampe bengong, "Perasaan saya dulu sekolah di Indonesia, kenapa tiba-tiba jadi banyak warga Saudi?".

Ternyata saya mendapat jawaban bagus dari Bupati Purwakarta, Kang Dedi Mulyadi.

"Jawa barat -dia berbicara tentang daerahnya- kehilangan identitas dirinya, yaitu kesundaannya.
Dekatnya wilayah Jabar dengan Jakarta, membuat banyak warga Jabar yang terkena arus modernisasi. Mereka ingin berbicara seperti orang Jakarta, gaya hidup seperti orang Jakarta dan lain-lain. Jakarta sentris, istilah kerennya. Padahal gaya hidup kota Jakarta juga banyak di pengaruhi Singapura.

Kehilangan kebanggaan sebagai "urang sunda" membuat Jabar kehilangan identitas dirinya. Pada saat limbung itulah, Jabar dimasuki budaya timur tengah melalui penyebaran agama.

Ini yang dinamakan gegar budaya - shock culture. Karena hilang kebanggaan kesundaannya, maka mereka menganggap arab adalah segala-galanya, penyelamat identitas dirinya yang hilang.

Maka wajar, untuk menandingi budaya barat yang mereka anggap haram, mereka memakai budaya arab sebagai pembanding. Ini disebabkan lemahnya pengetahuan mereka tentang budaya aslinya karena memang pemerintahnya yang tanpa sadar menghilangkan identitas budaya mereka sendiri..

Seharusnya kita belajar banyak dari Bali. Mereka banyak yang beragama Hindu, tapi tidak sama dengan Hindu di India. Mereka punya budaya tersendiri yang menyatu dengan agamanya. Digempur dengan arus modern dari berbagai macam bangsa di dunia, Bali tetap tidak kehilangan Balinya. Tidak kehilangan identitas dirinya. Tidak kagetan..

Budaya asli kita sebenarnya penuh pesan yang bermakna. Pesan-pesan itu adalah ajaran dari orangtua yang sudah kita tinggalkan dengan alasan tidak cocok dengan zaman. Kita durhaka pada leluhur.

Cara melawan intoleransi yang menguat karena kebanggaan agama, seharusnya dilawan dengan menguatkan budaya. Simbol-simbol budaya harus muncul kembali sebagai pengingat bahwa negara kita kaya akan ragam budaya.

Dan itulah yang menjadikan negara kita satu dahulu. Kebanggaan akan keragaman budayanya.."
Saya merasa memang disitulah akar masalahnya. Gedung-gedung kita di kota besar sudah meninggalkan simbol budayanya. Modernisasi ditelan mentah dengan mencampakkan akar kita. Ditambah kemiskinan, yang membuat orang menjadi tidak pintar dan mudah kagum akan budaya luar sehingga mudah dimanfaatkan.

Dan ini terjadi dimana-mana di banyak wilayah di Indonesia..

Lucu memang sekaligus miris melihatnya. Seharusnya kita belajar pada secangkir kopi yang meski dihajar dengan berbagai macam campuran, ia tetaplah secangkir kopi. Semua campuran itu bukan mematikan rasa kopinya, tetapi malah menambah kenikmatannya.


Mungkin - untuk mengikuti trend - saya harus mengganti nama saya dengan arab supaya Islami juga. "Denny Siregar Al fukat bin abu suk" cocok kayaknya. Serufut ya, akhi.. ga serufut, fentung..

Denny Siregar