Jumat, 06 Oktober 2017

Desa hantu

Menyusuri Desa 'Hantu' Dekat Puncak Gunung Agung
VICE TIO ROMPIS
Diterbitkan : 04/10/2017 16:15
LINEfacebooktwitterwhatsappblackberry907 172

Ada 28 desa yang terpaksa ditinggalkan penduduk sekitar lereng Gunung Agung, Bali. Desa-desa tersebut masuk dalam zona merah, yang berjarak 12 kilometer darir kawah. Hingga Selasa (3/10) lalu, ketika fotografer VICE datang ke Desa Besakih, satu dari desa yang dievakuasi, suasana teramat lengang. Mayoritas penduduk mematuhi anjuran pemerintah untuk mengungsi, mengingat erupsi bisa terjadi sewaktu-waktu. Tentu saja, masih ada segelintir yang memilih bertahan.
Gunung Agung, puncak tertinggi yang disucikan warga, kembali menggeliat setelah lebih dari setengah abad tertidur. Kali terakhir Gunung Agung meletus pada 1963, dampaknya sangat merusak. Lebih dari 200 orang tewas, sementara ribuan lainnya terpaksa mengungsi nyaris setahun karena desa-desa kawasan lereng luluh lantak.
Semakin canggihnya teknologi membuat pemerintah tak ingin mengulangi tragedi 1963. Lebih dari 140.000 orang telah mengungsi. Sebagian memang kembali ke desanya, demi mengurus ternak. Namun pemerintah menganggap warga yang nekat pulang tak bijak. Gempa kecil akibat aktivitas vulkanik dalam perut Gunung Agung terus tercatat seismograf dua pekan belakangan. Pakar Vulkanologi mengingatkan warga bahaya bila seseorang tetap bertahan di zona merah.
Fotografer Tio Rumpis masih menemui beberapa orang yang bertahan di desa-desa 'hantu' ketika mengabadikan rangkaian foto berikut. Sebagian dari mereka menyelinap pulang, dari pengungsian, lalu tinggal di rumah. Mereka beralasan, apabila Gunung Agung nantinya meletus, maka mereka akan melarikan diri dengan kendaraan bermotor. Pakar vulkanologi Surono, mengingatkan betapa kelirunya asumsi tersebut. Awan panas dari gunung berapi bisa meluncur dalam kecepatan 400 kilometer per jam. Membumihanguskan apapun yang dilewatinya.
Tiap jam kini serasa berpacu dengan waktu letusan. Tidak ada jaminan wajah desa-desa berikut akan tetap sama sesudah Gunung Agung memuntahkan isi perutnya.

Penolong

TERHARU 😢 KISAH POLISI JAGA RUMAH DAN RAWAT TERNAK WARGA YANG DITINGGAL MENGUNGSI
#nowupdate @denpasarnow

Tidak ada pamrih yang diharapkan oleh anggota Polsek Kubu bernama Bripka I Nyoman Dauh Artawan. Ia hanya melakukan patroli desa yang ditinggal mengungsi dan suatu ketika melihat ternak yang lemas karena ditinggal pemiliknya.

"saya kaget melihat sapi yang sudah lemas dan masih terikat di kandang. Saya langsung carikan air dan berikan makanan supaya sapi tersebut bisa bertahan hidup," kata Bripka Artawan kepada detikcom, Rabu (4/10/2017).

Bripka Artawan pada Selasa (3/10) itu hanya melakukan patroli rutin keliling rumah warga untuk mencegah adanya oknum yang ingin memanfaatkan situasi desa sepi. Hingga ia melintas Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, adanya beberapa sapi yang tidak dievakuasi dan dalam kondisi lemas.

"Mudah-mudahan situasi cepat berakhir," ujar Bripka Artawan.

Rerumputan langsung dikumpulkan oleh Bripka Artawan dan air minum juga ditempatkan di sebuah ember yang ia temukan. Lalu ia mendekati sapi lemas tersebut dan rerumputan serta air minum itu langsung disantap tanpa henti.

"Akibat warga mengungsi, Desa Tulamben yang biasanya ramai wisatawan asing untuk diving kini seperti desa mati tak berpenghuni," ucap Bintara Polri alumni Gelombang II tahun 2003 tersebut.

Desa Tulamben yang masuk zona merah sektoral 12 Km dan zona aliran lahar dingin sudah ditinggal sebagian besar penghuninya sejak 22 September 2017 lalu. Bripka Artawan menyatakan ia tetap berada di desa tersebut untuk menjaga keamanan hingga waktunya diperintahkan untuk evakuasi.

"Kita juga tetap siaga, jika sewaktu-waktu Gunung Agung meletus. Jika itu terjadi, kita akan langsung pergi mencari tempat yang aman. Saya menjalankan perintah atasan saya untuk melaksanakan misi kemanusiaan," pungkas Bripka Artawan.

"Apalagi selama status awas Gunung Agung seperti sekarang ini, jajaran Polres tidak ada yang tidak masuk kerja di bawah pimpinan langsung Kapolres Karangasem (AKBP I Wayan Gede Ardana). Beliau yang memimpin langsung giat operasional Polres dan Polsek," ungkapnya.

Perhatian Bripka Artawan terhadap ternak warga yang tidak diungsikan tersebut mendapatkan perhatian Kapolres Karangasem. Atasan Bripka Artawan itu mengapresiasi kinerja Bripka Artawan yang tidak hanya patuh pada perintah tapi juga memiliki semangat kemanusiaan yang tinggi.

"Di saat warga Desa Tulamben meninggalkan rumahnya untuk mengungsi akibat status awas Gunung Agung, Bripka Artawan tetap melaksanakan tugas dan menjalankan perintah atasannya. Perintah ini sesuai apa yang disampaikan Kapolda Bali (Irjen Petrus Reinhard Golose) bahwa masyarakat diminta untuk tidak panik, tetap tenang dan tidak khawatir karena polisi akan menjaga rumah serta hewan ternak milik para warga," kata Ardana terpisah.