Banyak yang baper juga dengan tulisan "Mencari makan atas nama rakyat". Dan seperti biasa saya dituduh buzzer politik dengan pertanyaan khas, "dibayar berapa?". Mirip-mirip dengan pertanyaan, "agamanya apa?".
Untung saya bukan kang Ridwan Kamil, yang dituduh syiah terus langsung mempolisikan. Kalau reaktif gitu, pasti saya sudah sibuk bulak balik ke kantor polisi memperkarakan tuduhan syiah, liberal, kafir dan jemaat HKBP.
Saya juga heran, apa yang salah dari tulisan itu? Toh kita tahu bahwa banyak LSM selalu mencari makan atas nama rakyat? Begitu juga banyak ustad yang suka bicara "atas nama umat Islam" tapi mencari makan untuk diri dan kepentingannya?
Kalau baca komen-komennya dari awal sampe akhir, sebenarnya banyak yang berfikiran sama dengan saya bahwa kasus semen Rembang itu terlalu dipolitisir. Buktinya banyak juga kawan-kawan, dari Rembang yang "aneh" dgn demo sampe kaki di semen itu.
Teman di Rembang boleh juga dong bersuara, masak hanya petani Kendeng saja. Mereka bersuara atas nama dirinya sendiri bukan atas nama "rakyat".
Hanya memang intimidasi dengan kata tidak empati, tidak perduli, tidak sensitif inilah yang membuat banyak orang menahan diri untuk tidak bersuara. Seolah ketika itu menyangkut "rakyat" semuanya benar. Rakyatnya bisa jadi benar, tetapi mereka terbawa oleh lembaga-lembaga yang punya kepentingan di luar mereka.
Untungnya saya orangnya merdeka. Mau nulis apa saja, itu hak karena ini wall sendiri. Saya ingin berjalan dengan "apa yang saya pikirkan" bukan "apa yang kamu doktrinkan".
Apapun itu menyemen kaki bukanlah solusi malah menyakiti diri sendiri. Dan buat saya dzolim sungguh orang di belakang para petani yang bukannya mencegah malah mendorong mereka begitu. Mereka harus bertanggung-jawab penuh ketika ada masalah kesehatan pada para petani.
Habis semen kaki terus nanti apa? Bakar diri? Lalu nanti muncullah teriakan simpati tentang "orang bakar diri", padahal jelas-jelas membunuh diri sendiri itu dosa besar kok malah diberi semangat.
Benar juga kata seorang teman. "Banyak orang membaca hanya ingin memuaskan dirinya sendiri, bukan untuk mencari informasi. Mereka onani dengan kehendak sendiri dan ketika ada orang yang menghalangi mereka ejakulasi, mereka marah karena frustasi".
Temanku itu kalo nyari perumpamaan memang agak vulgar. Mungkin karena terlalu sering nonton Fake Taxi. Minum kopi dulu ah.
Denny Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar