Seperti kita sudah duga sebelumnya, pilgub DKI ini akan berlangsung dua putaran. Hasil hitung cepat beberapa lembaga survey dari lebih 80 persen suara yang masuk, memperlihatkan Ahok masih unggul meski tidak cukup untuk memperoleh suara 50 persen lebih.
Lumayan mengagetkan ketika Anies menohok masuk dan mengungguli Agus yang sudah gencar berkampanye mulai main halus sampe main mahluk halus.
Ada dua kemungkinan kenapa Anies bisa tinggi suaranya dalam putara pertama ini.
Yang pertama, Anies memanfaatkan pertarungan antara Agus dan Ahok dalam kasus penistaan agama. Rakyat sementara tergiring bahwa kasus penistaan agama dilakukan oleh pihak Agus dengan memanfaatkan FPI dan kroninya.
Hal itu dipertegas dengan begitu banyaknya foto yang beredar Agus sedang bersama para ustad yang terlibat dalam aksi massa. Bahkan disaat terakhir, Agus memberangkatkan para ustad umroh dengan pesawat business class. Dengan begitu sah sudah bahwa kelompok paslon satu lah yang berada di balik ini semua.
Pendukung Ahok yang militan langsung mengarahkan pelurunya ke Agus. Hiburan ditambah lagi dengan munculnya SBY dengan lagu-lagu hitsnya di twitter yang menambah amunisi serangan ke Agus.
Serangan beruntun ke Agus ini jelas merontokkan banyak suara yang dulu mendukungnya. Anies tahu ini dan memanfaatkannya dengan baik.
Anies tahu bahwa diantara pihak yang bertikai, banyak yang sudah lelah. Mereka ingin Jakarta tenang, aman dan nyaman kembali. Dan Anies memainkan peranan ini dengan menampilkan diri sebagai sosok yang lembut, teduh dan menjadi penyatu umat. "Berhasil, berhasil.." kata Dora the Explorer. Suara Anies terangkat dan memposisikan sebagai nomer dua di bawah Ahok.
Kedua, naiknya suara Anies menunjukkan kebangkitan suara pendukung Prabowo yang masih tetap solid. Naiknya suara Anies sangat terpengaruh dengan munculnya Prabowo ke permukaan dengan bahasa, "Kemenangan Anies di pilgub DKI adalah kemenangan Prabowo di pilpres 2019.."
Ketidaksukaan kepada Jokowi memunculkan konsep bahwa jika Prabowo menjadi Presiden nantinya, maka Indonesia bakalan aman tidak gunjang ganjing seperti sekarang. Dan berlomba-lombalah mereka memilih Anies sebagai jembatan untuk memenangkan Prabowo nantinya.
Prabowo dan PKS -yang juga masih terlihat solid- mampu memanfaatkan tikungan tajam di tengah perseteruan kuat ini.
Pendukung Ahok yang terlalu percaya diri dengan kemenangan satu putaran lumayan shock dengan situasi ini. Satu kesalahan penting yang banyak dilakukan adalah mereka tidak mengawal dengan baik hari pencoblosan.
Seandainya sejak pagi mereka sudah duduk dan mengawal maka tidak ada alasan panitia TPS kehabisan suara. Jikapun kehabisan, mereka masih punya waktu untuk lari ke tempat lain sebelum waktu pencoblosan ditutup.
Tapi sudahlah.. Persiapan untuk putaran kedua mau tidak mau harus dilakukan. Dan kita mulai keributan babak dua lagi, tapi tanpa ada aksi massa besar-besaran atas nama umat Islam seperti kemarin. Cukup di medsos saja perangnya.
Mari Ahok dan Anies bergandeng tangan, mengantar Agus ke bandara untuk persiapan dirinya mengikuti pilgub Jatim 2018. Semoga Pepo juga betah pulang ke kampung halaman. Arek-arek Jatim kene tak bisikno, "rasakno kon yoo.. kuapokmu kapan, cuk..". Seruput..(Sumber : Denny Siregar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar