Menarik memang melihat pilgub DKI 2017 ini. Selain hasil quick count Ahok – Djarot yang unggul tipis dari Anies – Sandi, Ahok – Djarot punya kesempatan untuk “menampar” si Rizieq dengan menang di TPS 17 Petamburan yang disinyalir sebagai markas besar FPI.
Di TPS yang berlokasi di Petamburan, tepatnya di Gang Paski, Jalan Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pasangan Ahok – Djarot menang tipis dari pasangan Anies – Sandi serta meninggalkan pasangan Agus – Sylvie dengan selisih suara yang cukup besar.
Hasil akhir pemungutan suara disana menunjukkan bahwa Ahok – Djarot menang tipis dari Anies – Sandi dengan mengumpulkan 278 suara. Di ikuti oleh pasangan Anies – Sandi yang berhasil mengumpulkan 212 suara dan Agus – Sylvie yang berada di posisi terakhir harus puas dengan 38 suara.
Menarik memang melihat apa yang terjadi di sana. Saya rasa-rasanya tidak percaya. Tapi apa mau dikata. Itulah fakta yang tidak bisa kita pandang dengan sebelah mata.
Banyak yang memprediksi bahwa Agus – Sylvie akan menang telak di markas FPI mengingat kedekatan yang mereka perlihatkan selama ini. Tapi dengan adanya kejadian ini, mau tidak mau kita bisa menarik kesimpulan bahwa FPI yang garang diluar tidak berdaya di gempur dari dalam.
Di media kita sering melihat bahwa FPI sangat anti dengan Ahok tapi dilapangan malah sebaliknya. Banyak yang pro dengan Ahok. Tanya kenapa?
***
Kalau ibaratkan perang, pemimpin-pemimpin mereka dengan gagah berani menyerang kubu Ahok tapi tidak berfikir sama sekali bahwa Ahok mengutuskan pasukan ke markas FPI secara sembunyi-sembunyi untuk menghancurkan mereka dari dalam. Setelah mereka pulang dari yang katanya “jihad”, mereka baru sadar bahwa markas besar mereka telah dikuasai oleh Ahok.
Mengapa Ahok bisa menang di markas FPI? Mungkin itulah yang ingin diketahui oleh banyak orang. Saya melihat ada dua hal yang menjadi alasan kuatnya :
- Silent Voter
Saya menduga, Ahok – Djarot ini punya banyak silent voter di markas FPI. Selama ini mereka diam tapi walaupun diam sebenarnya mereka terus melihat pergerakan peta politik di Jakarta. Silent voter ini tidak tergabung ke dalam pasukan FPI yang kemaren menjalankan beberapa kali aksi. Mereka cuma berdiri dipojokan sambil tersenyum melihat apa yang dilakukan oleh FPI. Mereka tersenyum melihat fakta bahwa mereka yang kemaren bersuara keras itu jumlahnya cuma sedikit tapi kelihatan banyak karena suara mereka tersalurkan lewat toa-toa.
- Kharisma FPI
FPI yang terlalu ambisius melupakan satu hal. Mereka lupa membangun kharisma ditempat sendiri. Ibarat perang, mereka maju ke medan laga disaat benteng pertahanan mereka masih rapuh. Saat semua pentolannya keluar, yang tinggal didalam hanyalah orang-orang biasa. Saat lawan mengirimkan pasukan untuk menyusup, benteng yang rapuh sangat mudah untuk ditembus. Kira-kira itulah yang terjadi dimarkas FPI saat ini.
Mengingat TPS 17 adalah TPS tempat Habib Rizieq menggunakan hal pilihnya, jadi menarik untuk melihat apa tanggapan beliau setelah “ditampar” oleh Ahok – Djarot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar