Sahabat itu dalam suka dan duka. Ketika ia butuhkan kita berkorban kita bilang
“Yes I will”
Apalagi untuk suatu cita-cita besar bersama.
Jangan kau pikir Pak Jokowi mengorbankan Ahok.
Pak Ahok itu sahabatnya, pasti perih hatinya melihat, tapi ini dululah yang harus dilakukan. Secara realistis politis inilah jalan yang terjal itu.
Jokowi sekarang bebas dari beban yg sengaja di stigmakan kepada dia (Jokowi bela ahok, Jokowi antek aseng) dll.
Sekarang Jokowi bebas tanpa harus menahan diri lagi. Tak ada yang bisa bilang ia telah melindungi, antek dll.
Mereka sahabat sejati yg harus berjuang lebih keras dgn cara yg keras dan di setiap perjuangan harus ada korban..
Walaupun tak keliatan, hatinya satu, cita2 nya satu Indonesia Raya.
Politik itu kalau baik tak selalu kelihatan, yang busuk2 yang langsung kelihatan. Misal bilang ikut kubu sini padahal diem2 dikubu sana mencloknya.
Ahok adalah korban perjuangan, Ahok adalah korban utk kebaikan bangsa dan negara.
Jokowi tak bisa intervensi, dan memang ia tidak intervensi.
Ahok pun menerima segalanya dengan lapang dada.
Ini demi cita2 besar bagi Indonesia saudara-saudara.
Indonesia bersih!!
Ingat Bung Karno muda, dipenjara di Bandung, dibuang ke Ende dan Bengkulu, stengah mati pokoknya. Dalam kesulitan yang amat sangatpun, semangat beliau tak pernah padam. Dibawanya Indonesia merengkuh kemerdekaan bersama bung Hatta.
Politik memang demikian, untuk membuat suatu gebrakan signifikan itu kadang sampe nyungsep2 dulu, beban perasaan dan mental yang berat. Tapi terus melangkah.
Pak Ahok ini orang kuat, bukan sembarangan. Pak Jokowi tau pundak Ahok itu kuat, maka ditepuknya dan dimintanya mengangkat beban untuk kepentingan masa depan yang lebih besar.
Mungkin dalam hal ini seperti kata Macchiavelli,
“The ends justify the means.”
Untuk cita-cita yang besar, suatu pengorbanan harus dilakukan….
Saya Ahoker, hati saya untuk Pak Ahok.
Bila kita akan berbaris di Monas suatu waktu nanti untuk menunjukan dukungan dan kekuatan kita, tetaplah itu untuk Pak Ahok dan Pak Jokowi.
Itu bukan untuk bela Ahok saja, itu untuk mereka berdua menjaga NKRI ini.
Ahok ditahan, dimana Jokowi?
Beliau ada, karena percayalah, sahabat itu bagai bintang, walau jauh tetap bersinar.
Koridor harus tetap benar.
Supermasi hukum harus dihormati.
Keadilan sejati itu hanya milik Tuhan.
Dan strategi untuk suatu skenario besar itu tak selamanya kasat mata.
Berdirilah tegar bersama NKRI, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Pak Jokowi sudah menahan hati, tak meng intervensi sama sekali. Karena disini kapasitas beliau sebagai Presiden, bukan sebagai sahabat.
Tapi sahabat itu walau tak bicara, ada komunikasi mental.
Percayakan!!
Sekarang gimana???
Sekarang kita lawan. Ormas reseh laporkan, penghinaan laporkan, pernyataan makar laporkan, jangan diam saja, kita bikin rame.
Kalau perlu ada yang baris 7 juta, kita 10 juta
Yang pura2 keluar negeri kalo dudah tersangka, tahan, pak Polisi, tindak yang radikal- radiksl.
Mau sampai mana dibiarkan?
Yang waras diem aja, sinting semua nanti yang koar2 itu.
Jangan terpecah belah dan pesimis, itu berarti kita menunjukan kelemahan dan mereka telah berhasil mematahkan kita, melemahkan kita melalui cara melemahkan Pak Ahok agar kita semua ikut lemah dan apatis. Ini memang kerjaan sutradaranya…
Hanya satu kata untuk ketidak adilan saudara-saudara.
LAWAN!!
Tanah air jaya pasti,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar