Raisa, bolehkah aku menandai hari ini sebagai hari berkabung nasional ?
Sesudah ku mendengar bahwa dirimu sudah lamaran, ingin rasanya kutendang kaleng-kaleng di pinggir jalan sambil berteriak, "Kenapa ya Tuhannn.. Kenapa kau turunkan ujian yang tidak bisa kutahannn?".
Mungkin engkau tidak tahu, hasrat yang kupendam selama ini kepadamu.
Bahkan aku pernah bermimpi sedang chatting denganmu.. Engkau dengan tanpa selembar handukpun di tubuhmu sedang berpose di kamar mandi dan tempat tidur dengan background televisi kotak itu, meski aku sempat heran dan bertanya dalam hati, "Duitmu kan banyak, kenapa gak beli yang sudah flat aja.."
Jengah aku kemudian menutupi semuanya dengan emoticon buletan kuning yang tersenyum manja dan tanda cinta khusus di tempat yang vital saja, yaitu di kedua belah matamu. Tempat lain, biarkanlah terbuka..
Bahkan ada saat engkau menyebut "pisang" dalam chatmu, yang membuatku tersentak. Pisanggg ?? Jeritku dalam hati. Meski akhirnya aku kecewa karena engkau juga menyebut pepaya, mangga dan jambu. Rupanya engkau sedang nyanyi "pepaya, mangga, pisang, jambu. Dibeli dari pasar minggu..Disana banyak penjualnya.."
"Stress dia kak emma.." Katamu kepada sahabatmu. Kukira dia wanita, ternyata namanya emmadudin. Aku sempat cemburu dengan hubungan kalian, sampai aku tahu bahwa kak emma yang kamu maksud senangnya pake daster biru berenda di dada meski profesinya pengacara.
Mirip fahmi shahab penyanyi kopi dangdut dengan gaya daster jamaika, tapi yang ini dasternya lebih menyala..
Dan kamu tahu, Raisa, apa panggilan sayangmu kepadaku ? Al khottot, begitulah kamu memanggilku. Entah apa artinya itu, mungkin karena aku berotot atau aku orangnya suka ngotot..
Aku tidak terima, Raisa.. aku tidak terima kamu dilamar orang itu. Akan aku adukan ke PBB, mungkin mereka akan mendengarkan. Aku kirim surat ke markas mereka di Jenewa, meski akhirnya suratku balik juga dengan tulisan indah, "Markas PBB itu di New York, Gorilla..."
Aku kecewa, Raisaaa.. kecewa. Aku lari ke Mekkah, trus ke Malaysia, Mekkah lagi, Malaysia lagi begitu seterusnya. "Kok cuman dua negara itu aja, bang ?" Tanyamu. Iya, soalnya visaku sudah habis jadi harus begitu caranya..
Sudah, Raisa.. aku sudah tidak ingin memikirkanmu lagi. Aku di depan teman2ku adalah seekor singa ganas ketika orasi, di hadapanmu menjadi singa kurus tak terurus ketika kau ajak aku ke kantor polisi.
"Ada apa di kantor polisi ??" Tanyaku waktu itu. Engkau menjawab, "Aku panik, bang.. panik. Mereka menyimpan video 3gp adegan panas kita !!" Tangismu meledak. Aduh, kasian.
Aku sendiri tidak mengerti kenapa engkau begitu panik, apakah terlalu berat bagimu adegan yang kita filmkan waktu kita sedang ngobrol di depan kandang kambing berjam2 terpapar sinar matahari yang sedang mekar ?
Itu panas banget, Raisa.. dasterku sampe basah karena keringetan...
Raisa, pergilah.. Mungkin itu yang terbaik bagimu. Engkau sudah menjadi tersangka bagi lelaki itu, tinggal menunggu hari pengadilan dan ditahan selamanya di rumah kalian nantinya. Dan aku.... aku disini, di Saudi, sedang bersama onta-onta yang tidak pernah bisa mengerti situasi hatiku saat ini.
Setiap detik yang kulihat cuman onta dan kurma, dan maaf jika terkadang wajah onta itu terselip wajah cantikmu. Itu karena aku kangen sekali padamu. Saking kangennya kuelus2 onta itu dan dia merem melek penuh napsu..
Raisa, selamat jalan. Bahkan secangkir kopipun tidak mampu menampung airmataku..
Sebagai catatan akhir, biarlah aku berpantun seperti masa SMA dahulu. "Empat kali empat sama dengan enam belas.." Entah ini pantun apa, yang bikin pasti dulunya kalau bukan tukang pas poto bisa juga guru matematika. WITH LOBE.. #HariPatahHatiNasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar