Kamis, 09 Maret 2017

RAJA YANG TERDESAK KUDA

SBY
Jokowi Bertemu SBY
Sebenarnya sudah jauh-jauh hari SBY ingin datang menemui Jokowi. Pak SBY ini pemain strategi dan itu harus kita akui di tengah badai cuitan keprihatinannya. Munculnya beliau dalam cuitan-cuitannya pada masa kampanye Agus, adalah strateginya untuk mendongkrak elektabilitas anaknya. Ia masih berfikir bahwa nama besarnya akan mempengaruhi pemilih. Dan salah satu strateginya pada waktu itu adalah menemui Jokowi.

Ada kabar bahwa pihak SBY sebenarnya sudah mengajukan diri untuk datang ke istana pada masa kampanye Agus. Sekali lagi, itu untuk menaikkan elektabilitas Agus bahwa Jokowi menerimanya.

Tapi sayang, Jokowi paham permainannya. Maka ia menunda pertemuan dengan SBY dan malah menerima Prabowo. SBY pun curhat lah sekuat-kuatnya.

Nah, sesudah Agus selesai, barulah permainan Jokowi dimulai. Disini ia yang memegang langkah. Jokowi paham bahwa ia tidak mungkin berhadapan dengan dua kekuatan sekaligus. Maka ia pecah keduanya. Pada waktu kampanye ia mendekati Prabowo, maka aliran suara mengalir deras ke Prabowo. SBY tersingkir.

Selesai kan? Sekarang langkah kedua dimulai. Ia menerima SBY yang jelas sudah bukan lagi menjadi rival besarnya, kecuali jika SBY bersatu dengan Prabowo.

Maka, Jokowi pun menerima kunjungan SBY. Strategi yang sama yang ia lakukan kembali. Musuh dari musuhmu adalah temanku. Ada dua hal yang diharapkan dalam pertemuan dengan SBY ini.

Satu, untuk memecah barisan para pendukung Agus merapat ke Anies. Dan dua, untuk meredam isu e-KTP yang tampaknya akan meledak karena ada nama-nama besar disana.

Apa yang kita pelajari disini adalah Jokowi mampu memainkan "waktu' yang tepat dalam melangkah. Waktu yang tepat adalah kunci. Salah menempatkan posisi, maka berantakan semua strategi.

Kali ini pak SBY terdesak. Ia tidak bisa lagi menolak bahwa Jokowi ini koppig, keras kepalanya. Ia harus mengakui bahwa Jokowi adalah politisi dan pemain strategi ulung. Pak SBY harus mengambil posisi yang tepat juga dan lebih menguntungkan baginya merapat ke Jokowi daripada berbenturan dengannya.

Pak SBY boleh jadi bidak raja hitam dalam permainannya. Tapi ia harus mengakui bahwa langkah kuda Jokowi adalah langkah strategis yang dimainkan oleh bukan pemain biasa.

Daripada raja tergeletak menyerah, lebih baik merapat saja. Benar begitu kan, pakde? "Ah, kamu tau aja... Sana, ambil sepedanya.."http://www.dennysiregar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar