Tampilkan postingan dengan label My Story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My Story. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Juni 2017

Kekuatan Produk Unggulan Jadi Kunci Kemajuan Ekonomi Desa

 Kemajuan desa-desa di Indonesia ditentukan oleh kekuatan produk unggulan di wilayah tersebut. Fokus pada satu produk menjadi salah satu kunci untuk bisa meningkatkan skala produksi produk unggulan yang telah ditetapkan. Hal tersebut disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo, pada acara Jakarta Marketing Week di Jakarta (9/5).
Produk Unggulan Desa/Ilustrasi
"Desa desa yang maju itu sudah fokus pada sektor produksi tertentu, jadi bisa terintegrasi dari hulu ke hilir. Desa memiliki peluang yang sangat besar untuk dikelola sehingga dapat mengurangi kesenjangan desa dan kota," ujarnya.

Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di perdesaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) terus mendorong empat program prioritasnya. Pertama ialah Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) dengan mengedepankan klasterisasi ekonomi di desa. Selanjutnya, pembentukan embung. Bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, ke depannya setiap embung yang dikelola dengan baik akan diberi bibit ikan. Ketiga, pembentukan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mendorong desa menjadi mandiri dan mendapat penghasilannya sendiri.

"BUMDes bisa jadi perusahaan kelas dunia. Contoh yang sukses bisa kita kloning ke desa-desa lain. Jika terus kita kembangkan, maka desa akan menciptakan kelas menengah dan konglomerat-konglomerat baru," tambahnya.

Hal senada disampaikan Bupati Bojonegoro, Suyoto. Menurutnya, jika perdesaan serius untuk maju maka, harus fokus pada problema, yaitu bagaimana memproduksi, menghasilkan nilai tambah dan pemasarannya. Ia menyontohkan daerah sukses seperti Bengawan Solo yang bisa sukses meski rawan banjir.

“Kita coba tanami kebun belimbing. Harga awalnya Rp 10-12.500. Setelah dijadikan wisata banjir, harganya menjadi 25 ribu karena wisata ingin menikmati sensasi naik getek saat banjir ke kebun belimbing. Lebih jauh lagi, distribusinya sampai ke supermarket retail,” ungkapnya.

Suyoto menambahkan, terdapat 456 embung di Bojonegoro yang telah dimanfaatkan untuk berbagai hal. Selain untuk mengairi lahan bawang, embung yang ada juga dijadikan tempat rekreasi dan produksi ikan.

"Kalau dirasa manfaatnya dan cocok, masyarakat bisa nyediain cuma-cuma. Terbukti indeks kebahagiaan naik. Tahun lalu terdapat 760 ribu kunjungan wisata. Desa bisa menjadi pertumbuhan ekonomi," tegasnya.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum BULOG yang juga menjadi bagian dari komisaris PT. Mitra BUMDes Nusantara, Imam Subowo, mengajak masyarakat utnuk memajukan BUMDes dan berbisnis pada masyarakat desa. Dirinya juga akan fokus pada mengoptimalkan BULOG yang berfungsi sebagai stabilisasi harga pangan pokok dari produsen sampai konsumen.

"Kita dekati konsumen dengan membangun Rumah Pangan Kita dan dekati petani sebagai produsen melalui BUMDes. Semisal untuk produksi padi. Harus ada untung untuk petani, tapi produksi BULOG yang ambil. Kalau gagal panen, ada asuransi," tutupnya.(*)

Kemendesa PDTT 

Rabu, 24 Mei 2017

Munajat Cinta



Sesekali, di waktu malam tiba, tengoklah kedua orangtuamu yang sedang dibuai mimpi. Sadarilah, mereka tak bertambah muda. Cerap dan simpan pemandangan itu dalam dirimu. Bawa terus dalam tiap langkahmu.

Jika suatu saat ada sedikit rasa marah atau kesal untuk mereka, hadirkan kembali kenangan itu. Berdamailah dengan rasamu.

Terbitkan senyum di hatimu untuk mereka. Lantunkan munajat untuk mereka. Senandungkan pujian bagi kebesaran jiwa mereka.

Psst, sampaikan salam kami untuk mereka, ya 


-Javanica-



RAISA, HANCURNYA HATIKU

Pernikahan
Raisa
Raisa, bolehkah aku menandai hari ini sebagai hari berkabung nasional ?
Sesudah ku mendengar bahwa dirimu sudah lamaran, ingin rasanya kutendang kaleng-kaleng di pinggir jalan sambil berteriak, "Kenapa ya Tuhannn.. Kenapa kau turunkan ujian yang tidak bisa kutahannn?".

Mungkin engkau tidak tahu, hasrat yang kupendam selama ini kepadamu.
Bahkan aku pernah bermimpi sedang chatting denganmu.. Engkau dengan tanpa selembar handukpun di tubuhmu sedang berpose di kamar mandi dan tempat tidur dengan background televisi kotak itu, meski aku sempat heran dan bertanya dalam hati, "Duitmu kan banyak, kenapa gak beli yang sudah flat aja.."

Jengah aku kemudian menutupi semuanya dengan emoticon buletan kuning yang tersenyum manja dan tanda cinta khusus di tempat yang vital saja, yaitu di kedua belah matamu. Tempat lain, biarkanlah terbuka..

Bahkan ada saat engkau menyebut "pisang" dalam chatmu, yang membuatku tersentak. Pisanggg ?? Jeritku dalam hati. Meski akhirnya aku kecewa karena engkau juga menyebut pepaya, mangga dan jambu. Rupanya engkau sedang nyanyi "pepaya, mangga, pisang, jambu. Dibeli dari pasar minggu..Disana banyak penjualnya.."

"Stress dia kak emma.." Katamu kepada sahabatmu. Kukira dia wanita, ternyata namanya emmadudin. Aku sempat cemburu dengan hubungan kalian, sampai aku tahu bahwa kak emma yang kamu maksud senangnya pake daster biru berenda di dada meski profesinya pengacara.

Mirip fahmi shahab penyanyi kopi dangdut dengan gaya daster jamaika, tapi yang ini dasternya lebih menyala..

Dan kamu tahu, Raisa, apa panggilan sayangmu kepadaku ? Al khottot, begitulah kamu memanggilku. Entah apa artinya itu, mungkin karena aku berotot atau aku orangnya suka ngotot..

Aku tidak terima, Raisa.. aku tidak terima kamu dilamar orang itu. Akan aku adukan ke PBB, mungkin mereka akan mendengarkan. Aku kirim surat ke markas mereka di Jenewa, meski akhirnya suratku balik juga dengan tulisan indah, "Markas PBB itu di New York, Gorilla..."

Aku kecewa, Raisaaa.. kecewa. Aku lari ke Mekkah, trus ke Malaysia, Mekkah lagi, Malaysia lagi begitu seterusnya. "Kok cuman dua negara itu aja, bang ?" Tanyamu. Iya, soalnya visaku sudah habis jadi harus begitu caranya..

Sudah, Raisa.. aku sudah tidak ingin memikirkanmu lagi. Aku di depan teman2ku adalah seekor singa ganas ketika orasi, di hadapanmu menjadi singa kurus tak terurus ketika kau ajak aku ke kantor polisi.

"Ada apa di kantor polisi ??" Tanyaku waktu itu. Engkau menjawab, "Aku panik, bang.. panik. Mereka menyimpan video 3gp adegan panas kita !!" Tangismu meledak. Aduh, kasian.

Aku sendiri tidak mengerti kenapa engkau begitu panik, apakah terlalu berat bagimu adegan yang kita filmkan waktu kita sedang ngobrol di depan kandang kambing berjam2 terpapar sinar matahari yang sedang mekar ?

Itu panas banget, Raisa.. dasterku sampe basah karena keringetan...
Raisa, pergilah.. Mungkin itu yang terbaik bagimu. Engkau sudah menjadi tersangka bagi lelaki itu, tinggal menunggu hari pengadilan dan ditahan selamanya di rumah kalian nantinya. Dan aku.... aku disini, di Saudi, sedang bersama onta-onta yang tidak pernah bisa mengerti situasi hatiku saat ini.

Setiap detik yang kulihat cuman onta dan kurma, dan maaf jika terkadang wajah onta itu terselip wajah cantikmu. Itu karena aku kangen sekali padamu. Saking kangennya kuelus2 onta itu dan dia merem melek penuh napsu..

Raisa, selamat jalan. Bahkan secangkir kopipun tidak mampu menampung airmataku..
Sebagai catatan akhir, biarlah aku berpantun seperti masa SMA dahulu. "Empat kali empat sama dengan enam belas.." Entah ini pantun apa, yang bikin pasti dulunya kalau bukan tukang pas poto bisa juga guru matematika. WITH LOBE.. #HariPatahHatiNasional

Rabu, 17 Mei 2017

Menolak HTI = Anti-Islam?



Tidak sedikit yang mengataan bahwa rencana pembubaran HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) seolah menunjukkan bahwa pemerintah sekarang anti-Islam. Itu pernyataan konyol. Anda pasti tahu perbedaan agama, paham (isme), dan partai politik. Bahkan sambil terpejam pun akan tahu kalau HTI adalah partai politik (hizb) bukan paham apalagi agama. Mustahil tidak tahu hal itu.
Dalam pemahaman politik paling dangkal sekalipun, partai politik adalah instrumen untuk merebut kekuasaan. HTI ada di Indonesia untuk merebut kekuasaan dan mengubah NKRI menjadi Khilafah. Untuk apa mendirikan partai kalau tidak ingin berkuasa?
Anda pasti akan mengatakan bahwa HTI hanya organisasi massa (Ormas)? Betul, HTI memang berstatus hukum sebagai Ormas, tapi HTI tidak pernah melepaskan identitasnya sebagai partai, buktinya HTI tetap menyandang kata “hizb” di nama depanya. HTI tidak ikut pemilu? Tidak semua partai ikut pemilu.
Partai manapun di dunia ini cita-cita politiknya adalah berkuasa, sebab tidak ada partai politik yang didirikan hanya untuk hobi. Bedanya HTI dengan partai lain: 1) HTI tidak ikut pemilu karena pemilu adalah jalan politik kufur; 2) HTI bercita-cita mengganti dasar negara Pancasila, mengubah NKRI, dan membangun struktur khilafah; 3) HTI ingin menyatukan dunia di bawah kontrol satu kekhilafahan. Partai lain tidak ada yang memiliki cita-cita sehebat itu, kecuali komunis internasional yang dulu ingin menciptakan dunia tanpa kelas.
Kalau HTI hanya partai, bagaimana bisa rencana pembubaran HTI oleh pemerintah disebut sebagai anti-Islam? Bukankah yang pertama-tama menolak HTI justru NU, Ormas Islam terbesar di Indonesia? Kalau pelarangan dan pembubaran Partai Tahrir disebut anti-Islam maka NU adalah Ormas Islam yang anti-Islam. Konyol bukan? Kalau ada yg mengatakan NU anti-Islam, pasti sedang mengigau.
Partai Tahrir juga ditolak di banyak negara di dunia, termasuk negara-negara poros Islam di timur tengah seperti Kerajaan Saudi, Kerajaan Yordani, dan lainya. Apakah mereka juga anti-Islam? Jangan jawab pertanyaan terakhir itu sambil bermimpi.
Penulis: Makinuddin Samin

MENGAPA DUNIA ISLAM MASIH DIKOYAK PERANG?


Ilustrasi : Asap mengepul pekat di kilang minyak yang diledakkan oleh militan ISIS yang kabur dari wilayah Qayyarah di Iraq pada bulan Agustus 2016.


MENGAPA DUNIA ISLAM MASIH DIKOYAK PERANG?
Oleh : Scott Gilmore, October 20, 2016
Saya terjemahkan dari Boston Globe :
Untuk pertama kali dalam sejarah, Belahan Dunia Barat dalam keadaan damai, suatu tonggak sejarah yang tidak banyak menarik perhatian publik. Konflik terakhir yg berkelanjutan di Amerika adalah Colombia. Tetapi, setelah 4 tahun negosiasi antara pemerintah dan gerakan gerilya FARC, perjanjian gencatan senjata ditandatangani pada bulan Agustus. Dan meskipun perjanjian perdamaian diingkari secara tak terduga pada referendum bulan ini, gencatan senajat tetap, dan kedua belah pihak tetap mau duduk pada meja perundingan.
Akhir perang di Amerika adalah bagian dari trend global yang lebih besar. Menurut data yang dikumpulkan oleh Proyek Keamanan Manusia, sejak berakhirnya Perang Dingin, jumlah konflik bersenjatan telah turun hampir separuh. Perdamaian muncul bak jamur di berbagai tempat.
Dimana saja, kecuali, pada dunia Islam. Menurut Lembaga Hubungan Internasional Penjejak Konflik Global, setelah terjadinya perdamaian di Colombia, maka di dunia hanya ada 6 perang sipil di dunia ini. Lima darinya berada di negara-negara Islam. Hal yang sama, empat dari perang sektarian melibatkan grup-grup Islamist, dan semua dari lima terorisme internasional yang berlangsung melibatkan kelompok Islamist Militan. Bila semua dihitung, maka dari sisa 28 konflik global yang terjadi dari berbagai macam jenis yang terlacak oleh lembaga, 22 darinya melibatkan negara Islam atau faksi Islam.
Ini memunculkan pertanyaan, apabila dunia memasuki era baru perdamaian, mengapa di negara-negara Islam masih dikoyak oleh perang? Terdapat beberapa jawaban.
Pertama, marilah kita buang idea bahwa Islam itu sendiri secara inherent adalah lebih mengandung kekerasan. Mayoritas besar dari perang-perang pada abad terakhir ini adalah perang-perang dari negeri-negeri Kristen. Dan, seperti yang ditunjukkan oleh seorang penulis bernama Steven Pinker, dari seluruh dunia, mayoritas besar dari pembunuhan berencana adalah dari level perorangan, dan tingkat pembunuhan pada negara-negara Islam hanyalah secara tipikal sepertiga dari dunia non-Muslim. Sebagai perbandingan, Louisiana, salah satu negara bagian Amerika yang paling religius dengan 90% populasinya mengindentifikasikan dirinya sebagai Kristen, memiliki angka pembunuhan 50% lebih tinggi daripada Afghanistan.
Terdapat beberapa kemungkinan penjelasan, sumber daya alam adalah salah satunya. Banyak dari konflik Islami saat ini melibatkan negara-negara penghasil minyak, yang mana mengalami apa yang disebut “kutukan sumber daya alam”. Para Ekonom mencatat bahwa negeri-negeri dengan sumber daya alam yang berlimpah dapat secara paradox mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, institusi yang lebih lemah, dan kesenjangan sosial yang lebih besar ketimbang negeri-negeri dengan sumber daya yang lebih minim. Ini adalah karena “uang cepat” yang datang dari minyak adalah sulit untuk dimanajemeni dan dengan mudah dapat mendistorsikan ekonomi maupun mentidakstabilkan sosial.
Petunjuk lain dapat ditemukan pada mengapa negeri-negeri lain berada dalam keadaan damai. Pertimbangkan pertumbuhan demokrasi, sebagai contoh. Telah diakui secara luas bahwa negara-negara demokratis lebih jarang berangkat pergi berperang satu sama lainnya. Bukan merupakan kebetulan, jija jumlah konflik internasional drop setelah 1989, manakala jumlah negara demokratis meningkat dobel. Dan bagaimana dengan dunia Islam? Negeri yang demokrasinya sehat hanyalah Bangladesh dan Indonesia, dan ...kedua negeri itu berada dalam keadaan damai.
Juga terdapat lonjakan tajam dalam bidang komunikasi – adalah lebih sulit untuk menghasut negara tetangga apabila anda membaca bukunya, sharing ide-ide, atau sesederhana berlibur kesana. Disini pun, negara2 Islam jauh tertinggal dibanding negeri-negeri lain. Sebagai contoh, Timur Tengah tertinggal dalam setiap bagian di dunia kecuali Afrika ketika itu berhubungan dengan akses Internet dan kecepatan koneksi. Negara-negara Islam jauh lebih sedikit menerbitkan karya tulis ilmiah per kapita ketimbang bagian-bagian lainnya di dunia. Dan penduduk dari negara-negara Islamist (sebagai mana didefinisikan oleh Organisasi Kerjasama Islam) mengizinkan lebih sedikit perjalanan bebas-visa, ketimbang negeri2 lainnya termasuk Africa. Kesimpulan kumulatif adalah bahwa negeri2 Islam lebih terisolasi dan diskonek terhadap bagian dunia lainnya.
Trend global lainnya yang terjadi pada negeri2 Islam adalah perkembangan ekonomi dan sosialnya. Dalam 50 tahun terakhir telah terjadi pengurangan besar dalam tingkat kemiskinan dunia sepanjang sejarah bumi. Terjadi peningkatan tingkat pendidikan, kesehatan yang lebih baik dan kohesi masyarakat sipil yang lebih kuat. Tetapi, pada dunia Islam pertumbuhan ini jauh lebih lambat. Index Pertumbuhan Social telah merekam jejak dari belasan indikator seperti tingkat kematian bayi, tingkat akses ke pendidikan, dan kesetaraan gender. Bila anda mengelompokan negeri-negeri Islam, maka mereka berada di rangking-rangking bawah bahkan bila dibanding dengan Africa. Tanpa perkembangan, ketidakstabilan, dan perang adalah penyebab yang paling memungkinkan.
Meskipun demikian, terdapat harapan. Trend global terhadap interkoneksi, pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan kohesi masyarakat sipil yang lebih erat tidak dilewati samasekali oleh dunia Islam. Hanya saja bertumbuh jauh lebih lambat. Beberapa penelitik akademis memprediksikan bahwa kita akan melihat akhir dari kemiskinan ekstrim pada 20 tahun ke depan. Mungkin harapan yang terlalu muluk untuk melihat akhir dari perang-perang pada masa itu, tetapi dapat dipahami bahwa kita sebagai manusia pada akhirnya akan sampai pada era perdamaian sejati.

*Scott Gilmore adalah anggota senior dari Munk School of Global Affairs, pendiri dari lembaga non-profit Building Market, dan ex diplomat Kanada.

JOKOWI GERAM

Politik
Jokowi
Panasnya Pilpres 2019 sudah terasa meski ajangnya masih dua tahun lagi. Kemenangan lawan politik di ajang Pilkada DKI dan berakhir dengan di penjaranya Ahok, menunjukkan kekuatan mereka tidak bisa diremehkan.

Kekuatan finansial mereka sangat dahsyat, bahkan untuk satu momen aksi massa saja mereka dikabarkan berani mengeluarkan sampai 100 miliar rupiah. Bisa dibilang bahwa ini aksi gabungan dan saling menunggangi antar politikus, pengusaha dan kelompok radikal.

Dan Jokowi sangat tahu itu..

Karena itu -sesuai dengan sifatnya- ia tidak terpancing bereaksi terhadap apapun yang terjadi, bahkan ketika sahabatnya Ahok akhirnya harus rela masuk sel karena bobroknya pengadilan yang masuk dalam permainan para mafia-mafia ini.

Meski begitu, ia tidak bisa menyembunyikan kegeramannya terhadap kerusakan yang terjadi. Ia lalu mengumpulkan pemuka lintas agama untuk tidak terpancing isu perpecahan yang ada.

Jokowi juga tampak mengapresiasi gerakan sejuta lilin di banyak wilayah sampai mancanegara yang turut membantu mendinginkan situasi, karena gemanya sudah jauh lebih dari sekedar masalah Ahok, tapi mengarah ke persatuan dan kesatuan NKRI.

Apa langkah Jokowi selanjutnya? Kita tunggu saja, orang ini susah banget ditebaknya. Sambil menunggu, bagaimana kalau kita nyanyikan lagu "Putar 3gpnya.." dengan riang gembira?

Seruput dulu kopinya...
Denny Siregar

Kamis, 23 Maret 2017

BERAGAMA DENGAN AKAL

Akal
Kebenaran
Sejak dahulu, meski tanpa pengetahuan yang memadai, saya tidak pernah percaya bahwa Nabi Muhammad SAW menyematkan kata "kafir" kepada non muslim.

Saya berpatokan bahwa Rasulullah adalah manusia suci dan ketika kesucian beliau bersumber dari sang Maha Suci, maka dirinya selalu berada dalam kebaikan. Beliau diturunkan bukan untuk meng-Islamkan manusia, tetapi memperbaiki ahlak dan menjadi rahmat bagi semesta alam.

Jalan yang dibawanya adalah keselamatan atau Islam, sebagaimana Nabi-nabi yang lain juga membawa jalan keselamatan yang sama kepada umat manusia pada zamannya.

Dan ketika pengetahuan saya bertambah, saya menemukan banyak hal yang mendukung bahwa kata "kafir" itu disematkan kepada mereka yang perilakunya keluar dari tuntunan Tuhan dan Rasul-nya. Itu berlaku juga kepada umatnya sendiri.

"Janganlah kalian menjadi kafir sepeninggalku..." Perkataan ini bukan ditujukan kepada non muslim tetapi kepada umatnya dan secara spesifik kepada mereka yang meng-klaim sebagai sahabat2nya yang berjumlah puluhan ribu orang itu.

Begitu juga dengan bahasa "Jangan menjadikan Yahudi dan Nasrani.." bukan kepada mereka yang Yahudi dan Nasrani secara keseluruhan, tetapi kepada para pendeta-pendeta dan pengikutnya yang dulu menentang dan memerangi beliau.

Dalam ayat lain, Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan firman Tuhan, bahwa Yahudi dan Nasrani tidak perlu bersusah hati karena Tuhan memberikan perlakuan yang sama kepada mereka.

Adapun ayat yang tidak membolehkan mengangkat Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin adalah hal yang sangat wajar karena umat Islam harus dipimpin oleh Islam sendiri dalam wilayah ke-umat-an, seperti halnya umat Yahudi dan Nasrani dipimpin dari kalangan mereka sendiri.

Jika agama di ibaratkan "manual book", maka jelaslah yang bisa menjelaskan petunjuk itu adalah dari kalangan sendiri.

Tetapi yang terjadi sekarang bahasanya selalu di-generalisasi, dibuat seolah-olah keseluruhan, apalagi dibumbui oleh kepentingan. Padahal kalau kita pakai analogi sederhana ketika ada yang bilang, "Orang batak itu keras .. " Itu tidak berlaku bagi semua, tapi pandangan rata-rata.

Buktinya saya yang batak ini berperangai halus, santun dan imut tak berkesudahan. (Bentar, nyisir dulu)

Ketidak-mampuan mereka yang menerjemahkan sesuatu berdasarkan konteks "kapan", "dimana" dan "pada saat peristiwa apa" ayat dan hadis itu dikeluarkan, membuat banyak orang terjebak pada teks saja. Parahnya lagi banyak yang ho oh saja ketika ustadnya mengisi otak mereka. Yang penting si ustad berjenggot, jidat kapalan dan celana cingkrang, itu sudah patokan kebenaran.

Beragama itu sesungguhnya dituntut cerdas, karena itulah manusia disematkan akal untuk memahaminya. Jangan menjadi kerbau yang nurut saja ketika dibawa ke tempat pembantaian. Logika-logika harus penuh dulu sebelum meng-imani sesuatu.


Beragamalah seperti secangkir kopi. Ia bisa berada di kalangan menengah bawah sampai atas, tapi ada satu hal yang tidak bisa lepas darinya, yaitu kenikmatan.

Rabu, 22 Februari 2017

FREEPORT, SI KUCING BERTOPENG SINGA

Jonan
Menteri ESDM - Jonan
Salah satu keberhasilan Freeport adalah membangun mitosnya. Mitos Freeport banyak diciptakan oleh hembusan-hembusan baik melalui tulisan maupun perkataan-perkataan pejabat, bahwa Freeport itu singa besar yang jika ditendang keluar akan membuat negara ini goyang.

Sejak dulu kita gentar ketika mendengar Freeport dan sejarah-sejarahnya. Dan ketakutan yang tidak beralasan "kalau Freeport diusir, maka negara akan chaos karena Freeport adalah sumber pendapatan besar buat Amerika. Apalagi karena dibawah emas ada cadangan uranium yang naudzubillah besarnya".

Berapa sebenarnya nilai "si raja hutan" itu?

Ternyata Freeport adalah perusahaan yang gada apa-apanya. Setidaknya dibandingkan perusahaan yang benar-benar raksasa.

Nilai jual Freeport ternyata tercatat hanya 19 miliar dollar. Bandingkan dengan Exxon yang nilainya mencapai 355 miliiar dollar dan Chevron 250 milliar dollar. Mak.. jauh kali pun kau, tulang.

Freeport hanya beti - beda tipis -ma BCA, Telkom dan BRI yang rata-rata nilai jualnya 20-25 miliar dollar US. "Exxon aja yang memasok seperempat kebutuhan nasional, gak rewel. Chevron dan Newmont juga.. " sindir Menteri Jonan. Dalam arti sederhana, "Miskin aja banyak lagunya..".

Pendapatan yang dilaporkan Freeport ke Indonesia ternyata cuman 8 triliun per tahun. Bandingkan dengan Telkom yang memberikan pendapatan 20 triliun rupiah pertahun. Freeport harusnya lebih malu lagi kalau tau pendapatan yang disetor dari cukai rokok saja 139 triliun per tahun. Atau mau dibandingin ma pendapatan yang disetor TKI? 144 triliun per tahun, port.

Karena akhirnya tahu bahwa Freeport itu sebenarnya kucing yang bertopeng singa-lah, Menteri Jonan tetap pada langkahnya bahwa Freeport harus tunduk pada pemerintah Indonesia.

Masak beruang takut ma kucing?

Pantas saja Jonan santai menghadapi Freeport. "Kalau mau tarung di ring arbitrase, ayuk.. jangan cuma koar-koar di media, pake ngancam-ngancam mau pecat karyawan segala.."

Meski santai, Jonan tetap waspada menghadapi segala kemungkinan yang terburuk. Freeport biar bagaimanapun adalah simbol Amerika di Indonesia. Dan Amerika "si pahlawan HAM", biasanya akan membela perusahaan mereka yang merasa tertindas.

Karena itulah Jonan bertemu dengan Kyai Said Agil Siradj di markas PBNU untuk berjaga-jaga seandainya Freeport memainkan isu provokasi di Indonesia. Dan NU berkomitmen penuh untuk menjaga Indonesia dan mendukung pemerintah untuk tarung di arbitrase melawan Freeport.
Yang dimaui pemerintah sederhana aja sebenarnya. Kita tidak ingin main kasar dengan konsep nasionalisasi aset asing seperti yang pernah terjadi di Venezuela pada masa almarhum Hugo Chavez berkuasa.

Indonesia ingin tetap menjadi mitra, tapi tunduk dulu pada peraturan kita dan beri peluang untuk kita menguasai mayoritas saham Freeport. Dengan begitu, kita akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bukannya malah jadi tamunya Freeport.

Inilah yang dinamakan kedaulatan. Dan Jonan berkata tegas, "Saya tidak akan mundur sejengkalpun dari sini..". Freeport ternganga, "Wah kok gak kayak pejabat yang dulu-dulu ya, kasih duit habis perkara.."

Akhirnya salah satu isu yang juga ditebar adalah bahwa jika Amerika hengkang dari Freeport, maka China akan menguasai. Ini menjadi makanan empuk warga bumi datar yang haus onani dan belum ejakulasi. Strategi isu ini ingin mengulang peristiwa 1965..

Padahal kalau mereka mau banyak baca buku, bahwa banyak syarat sebelum akhirnya harus bekerjasama dengan negara asing. Penguasaan sumber daya alam harus ditawarkan dulu kepada penerintah, jika tidak mampu ke BUMN, lalu BUMD, lalu jika masih belum mampu juga tawarkan ke swasta nasional dan seterusnya..

Ahh... kejauhan kalau warga bumi datar disuruh baca buku karena mereka jenis spesies pembaca judul.

Mending suruh baca UUD 45 ajah, Pasal 33 ayat 3, "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat". Silahkan dimakan cangkirnya ya, sesudah saya seruput kopinya.

Denny Siregar