Selasa, 24 Januari 2017

Sudut Pandang Yang Berbeda

Perspektif
Sudut Pandang
"Taruhlah satu kotak di hadapanmu...
Pandanglah kotak itu dari sudutmu berdiri, pasti kamu akan melihat sisi yang berwarna hitam dari sana.

Kemudian, bergeraklah ke sudut yang berlawanan dari sudut pandangmu tadi, dan lihatlah kotak itu dari sisi sebaliknya. Maka kamu akan melihat bahwa ternyata kotak itu berwarna putih.
Apa poinnya?

Selama ini kita terbiasa memandang suatu peristiwa dari sudut pandang yang sama, sudut pandang dunia. Ketika kehilangan harta, kita merasa itu musibah. Ketika dikhianati pasangan, kita merasa hancur. Ketika diberi sakit, kita merasa mendapat ujian berat...

Tapi coba kita memandang dari sudut pandang sebaliknya, yang bukan dunia. Kita akan melihat hal yang sangat berbeda.

Ketika kehilangan harta, kita bersyukur karena harta itu yang selama ini membuat kita lupa. Ketika dikhianati pasangan, kita kembali bersyukur karena Tuhan menunjukkan aibnya. Ketika diberi sakit, kita tambah bersyukur, karena sakit adalah bagian dari pengikisan dosa di dunia..

Menarik, kan? Semua tergantung dari sudut mana kita memandang. Ketika kita paham bahwa Tuhan adalah sumber kebaikan, maka keburukan bukan datang dariNya. Ketika kita paham bahwa Tuhan adalah cahaya, maka kegelapan berarti ketiadaanNya...

Pahami ini, dan berlatihlah memandang segala sesuatu dari sudut yang berbeda, niscaya jiwamu akan stabil dan tenang.."

Temanku mengangkat cangkir kopinya dan menyeruputnya pelan. Ia menikmati semua proses dalam hidupnya..

"Lalu kenapa Tuhan juga menyampaikan tentang ujian, musibah dan kesabaran dalam menghadapinya?" Tanyaku ingin tahu.
Ia tersenyum lagi.

"Tingkat pemahaman manusia berbeda, dan Tuhan menyampaikan sesuatu berdasarkan tingkat pemahaman manusia yang terendah. Manusia harus mengerti dulu konsep sabar sebelum masuk ke wilayah syukur. Karena syukur itu nilai spiritualnya tinggi yang membuat manusia itu memahami bahwa semua kejadian itu selalu ada pelajarannya..

Karena itu jangan pernah bertanya lagi, dimana batas sabar? Karena batas sabar itu adalah ketika ia melebur menjadi rasa syukur yang tak terhingga dalam setiap peristiwa, karena semua peristiwa itu selalu mempunyai nilai baik bagi manusia.."

Waktu berlalu dan aku mulai memahami maksud temanku itu. Tidak mudah memang mencoba mengambil sudut pandang yang berbeda, tetapi ketika kita akhirnya berada disana, kita ternyata mampu melihat bahwa dunia ini begiu indah..


Entah dimana temanku sekarang berada. Tapi dimanapun ia, ingin kuangkat secangkir kopiku malam ini untuknya..

Sumber : Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar