Jumat, 27 Januari 2017

KETIKA IBADAH JADI SARANG KEBENCIAN

Menag
Menteri Agama
Pada waktu aksi massa 411 dan 212, saya kebetulan ada di Jakarta. Subuh -sesudah shalat- saya mendengar speaker-speaker masjid menyerukan warga untuk turun ke jalan dalam aksi massa besar. 

Suasana pada waktu itu mirip seperti perang.
Yang membuat hati miris adalah ujaran-ujaran kebencian yang keluar dari toa-toa. Bagaimana bisa tempat dimana manusia mensucikan dirinya keluar kata-kata angkara murka?

Saya pun kembali teringat ketika di sebuah shalat Jumat, mendengarkan ceramah penuh amarah terhadap yang non Islam. Lucunya, masjid itu berada di komplek perumahan yang banyak non muslimnya. Masih untung mereka banyak sabarnya.

Entah sudah berapa kali saya menulis bahwa pemerintah selayaknya tanggap akan hal ini. Masjid-masjid dikuasai kaum intoleran. Bahkan di sebuah masjid di BUMN, penceramahnya malah menjelek-jelekkan pemerintah dan menggaungkan konsep makar.

Sertifikasi penceramah agama adalah langkah maju dari pemerintah saat ini. Mungkin harus ada kejadian dulu baru kita tanggap akan situasi.

Selayaknya kita belajar dari negara lain yang sudah menerapkan itu jauh hari sebelumnya. Iran dan Mesir mungkin bisa jadi rujukan, karena mereka pernah mengalami situasi pahit dimana ulama dijadikan kendaraan untuk kekuasaan..

Ide Menteri agama ini patut diapresiasi. Perlu ada badan -non pemerintah- terdiri dari ulama mumpuni -bukan macam ulama MUI- yang bisa menerbitkan sertifikasi bagi penceramah agama. Badan ini harus menjaga kredibilitasnya, karena itu sama saja dengan menjaga nilai-nilai agama.

Semoga ke depan hubungan beragama kita bisa lebih erat, karena yang harus kita pahami bersama, apapun agama kita, kita adalah saudara sebangsa.
Seruput kopimu dulu, teman.


"Mereka yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan.." Imam Ali as.

Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar