Rabu, 26 April 2017

JAKARTA YANG KEHILANGAN AHOK

Jakarta
Karangan Bunga di Balaikota
Ratusan karangan bunga memenuhi balaikota.

Sebagian besar bertuliskan rasa kehilangan. Rasa yang mendalam karena selama ini sudah mendapatkan pelayanan yang benar.

Jakarta kehilangan Ahok.

Meski ia sudah bersusah payah untuk membela warga Jakarta, rupanya sebagian besar masih belum bisa menerimanya.

Bukan, bukan karena kinerjanya. Mereka puas akan apa yang Ahok lakukan. Tetapi mereka lebih suka pemimpin yang seiman, yang satu ras dan yang suka santun-santunan.

Tidak ada lagi deretan manusia di pagi hari dari mereka yang resah akan ketidak-adilan di kota ini. Tidak ada lagi sekedar selfie dan haha hihi dari ibu-ibu yang sekedar hanya ingin pose diri bersama orang yang dia kagumi.

Jakarta kehilangan Ahok.

Para marbot, para pasukan bersih-bersih, anak-anak penghuni rusun yang diselamatkan dari takdir kemiskinan dengan tinggal di pinggir kali dan warga yang kebanjiran setiap hari.

Sudah tidak ada lagi yang blusukan masuk ke ruang-ruang kumuh, sekedar melihat apa yang bisa dikerjakan untuk membantu mereka yang kesusahan.

Sudah tidak ada lagi yang pasang badan di depan para pengembang supaya bisa mengucurkan sebagian dana mereka untuk taman-taman kota, rusun-rusun yang layak huni dengan seperangkat perabotan lux di dalamnya.

Sudah tidak ada lagi yang melindungi uang rakyat yang selama ini dibagi-bagi diantara para pejabat rakus yang hanya peduli pada sejawat.

Jakarta kehilangan Ahok..

Meski itu salah Jakarta sendiri, yang masih emosional cara berfikirnya. Jakarta yang masih melihat baju putih bersih sebagai malaikat, kata santun sebagai penyelamat dan ketakutan tidak bisa berusaha karena ancaman sesaat.

Tidak akan ada lagi berita menarik yang lewat tentang Jakarta di beranda. Karena yang muncul darinya - seperti biasa - hanya kepalsuan belaka. Sama seperti banyak daerah lain yang lebih senang memilih yang palsu asal sopan daripada orisinal dengan ketegasan yang jujur tersampaikan.

Jakarta kehilangan Ahok..

Seperti kopiku yang berkurang rasa pahitnya.

Sumber : Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar