Kamis, 29 Desember 2016

Refleksi Dalam Secangkir Kopi

Diri
Refleksi Diri
Semakin lama saya semakin paham. Bahwa kesuksesan itu bukan hanya bersifat materi. Kesehatan sampai sekarang tidak punya masalah besar, adalah kesuksesan. Anak yang pergaulannya baik2 saja, adalah kesuksesan.

Dan begitu banyak kesuksesan yang mendatangi hidupku yang tidak pernah kupikirkan, apalagi kusyukuri..

Saya juga belajar banyak..
Bahwa berhala itu sejatinya sudah bukan lagi patung2 yang disembah. Berhala itu sudah bermutasi dalam banyak hal. Ketampanan dan kecantikan adalah berhala. Harta dan jabatan juga adalah berhala.
Bahkan anak dan pasangan hidup juga berkembang menjadi berhala. Semakin kita merasa memilikinya, maka berhala itu semakin mengikat kita..

Begitu juga dengan kemiskinan..
Menempatkan kemiskinan hanya dalam ukuran materi, sungguh mengerdilkan artinya. Miskin ilmu adalah kemiskinan yang sesungguhnya. Miskin mental adalah musibah.

Dan yang menyedihkan adalah miskin akal. Akal yang menjadi anugerah yang diberikan Tuhan hanya kepada manusia, dimiskinkan dengan meninggikan kebanggaan terhadap diri dan golongan.

Hidup itu sesungguhnya bukan hanya dijalani, tetapi harus dipahami. Jalan saja tanpa paham akan membuat kita menjadi orang buta. Paham saja tanpa berjalan, akan membuat hidup kita sia-sia.

Mengamati hidup melalui secangkir kopi setiap pagi dan sore hari, membuat akal terus bergerak dan berfikir tentang semua arti. Dan arti yang paling ingin kucari adalah, "apa sebenarnya fungsiku di dunia ini ?"

Jadi teringat cerita lama ini..

Seseorang bertanya kepada Imam Ali as, "Wahai Imam, jelaskan padaku apa perbedaan takdir manusia dan takdir Tuhan.."

"Angkat salah satu kakimu.." kata Imam Ali. Orang itu mengangkat kaki kanannya..
"Itulah yang disebut takdir manusia, takdir sesuai kadarnya. Engkau yang memutuskan mengangkat kaki kananmu dan kesanalah takdirmu bergerak..Nah, sekarang angkat kedua kakimu.."
"Tidak mungkin bisa, ya Imam.."
"Itulah yang dinamakan takdir Tuhan, sebuah ketetapan seperti mati, jodoh dan rejeki. Tuhan menetapkan takdirNya, manusia mencapainya sesuai kadarnya.."
Ah, sore ini begitu indah ditemani rintik hujan dan secangkir kopi...

Sumber: Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar