Dalam debat tadi malam, Paslon nomor urut dua (pak Djarot) mengajukan pertanyaan ke paslon nomor urut satu, yang intinya bagaimana cara paslon nomor urut satu menormalisasi sungai tanpa menggusur. Paslon nomor urut dua mengajukan pertanyaan ini dengan alasan untuk menambah wawasannya, karena di lapangan dia tidak menemukan solusi yang tepat selain merelokasi.
Paslon nomer urut satu menjawab, yang intinya dia akan menggeser sedikit, artinya memindahkan atau merelokasi di tempat yang tidak jauh dari tempat semula, sehingga warga tetap berada di habitatnya atau lingkungan mereka, bukan lingkungan baru yang jauh.
Menanggapi jawaban paslon satu, Ahok menanyakan (yang intinya) bagaimana cara memperoleh lahan di dekat normalisasi untuk membuat rumah atau rusun, pertanyaan ini tidak terjawab dalam tanggapan paslon satu.
Ahok ini sudah tahu betul kondisi lapangan, bahwa tidak bisa menormalisasi sungai tanpa merobohkan bangunan yang ada di atas sungai, dan dia tahu tidak ada lahan di dekatnya yang bisa di buat rusun sehingga warga tidak pindah di lingkungan yang jauh. Inilah kehebatan AHY, Ahok aja tidak bisa menyediakan lahan untuk membuat rusun di dekat lokasi normalisasi. AHY bisa (dilihat dari rencananya). Ahok mengerti mereka yang dipindahkan itu memiliki biaya hidup yang lebih mahal di rumah susun, sehingga ia menggratiskan transportasi, termasuk memberikan KJP, tunjangan sembako, dan lainnya.
Sudah menjadi tradisi kalau orang mau mencalonkan diri Jadi Gubernur (baik petahana, maupun bukan) selalu menghindari pernyataan yang membuat rakyat tidak suka, dan selalu memaparkan program yang menyenangkan masyarakat, walaupun pada pelaksanaan nantinya nol. Tetapi Ahok ini nyeleneh (tidak seperti cagub pada umumnya), dalam setiap kampanye maupun debat yang telah di selenggarakan KPU, dia selalu menegaskan akan tetap melakukan normalisasi sungai sesuai Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2011 tentang keberadaan bangunan yang berdiri di atas sepadan sungai yang harus ditertibkan supaya fungsi sepadan sungai kembali seperti sediakala.
Normalisasi ini dilakukan dengan cara penggusuran atau bahasa sopannya relokasi. Walaupun sebenernya ada perbedaan antara penggusuran dengan relokasi. Relokasi memindahkan ke lokasi lain, sedangkan penggusuran belum tentu di kasih lokasi lain sebagai pengganti. Dan Ahok dalam hal ini melakukan relokasi walaupun beberapa orang khususnya lawan politiknya menyebut penggusuran.
Para lawan politiknya sering menyebut relokasi yang dilakukan Ahok sebagai penggusuran dengan pernyataan “kalau saya (red: lawan politik Ahok) terpilih jadi gubernur Jakarta, saya tidak akan melakukan penggusuran”. Emangnya selama ini yang melakukan penggusuran siapa? Ahok kan merelokasi
Ahok pasti menyadari bahwa sebagian masyarakat, khususnya yang bakal kena relokasi pasti tidak suka dengan rencana itu, mereka mungkin tidak akan memilih Ahok dalam pemilihan nanti karena rencana ini. Tetapi bukan Ahok namanya kalau dia memanis-maniskan kata-kata dengan mengatakan tidak akan merelokasi, karena dia berpandangan bagaimana bisa sungai yang semula lebarnya 30 meter sekarang menjadi 5 meter dan mau dinormalkan kembali jadi 30 meter tanpa menggusur rumah-rumah yang membuat sungai tadi menjadi 5 meter.
Sedangkan AHY dan Anies tetap dengan pendiriannya tidak akan menggusur, cuma menggeser sedikit, tapi belum ada informasi dari mereka, udah cek atau belum lahan untuk geser sedikit itu, ada atau ngak.
Dan ternyata kalau tidak ada lahan gimana? akhirnya jadi geser atau tidak? Kalau tidak jadi geser, terus sungainya apakah bisa di normalisasi? Kalau tidak di normalisasi bagaimana mengatasi banjir? bagaimana menata Jakarta? Melihat keadaan sungai dan keterbatasan lahan di dekat sungai yang belum di normalisasi, pernyataan-pernyataan paslon satu dan tiga tentang tidak akan melakukan penggusuran atau bahasa mereka “menggeser sedikit” untuk menormalisasi sungai terlihat teoritis.
Saya pikir kita sudah diberi banyak pelajaran oleh para cagub dan cawagub yang dulu-dulu tentang bagaimana manisnya janji-janji mereka untuk menarik simpati pemilih, tetapi ketika mereka terpilih sangat sulit merealisasikan janji tersebut. Dan saya kira Ahok tidak mau mengikuti para pendahulunya, dia tidak mau bermanis-manis, memberi harapan yang menyenangkan, namun pada akhirnya itu cuma sebatas harapan. Makanya kenapa saya sebut Ahok ini cagub yang nyeleneh, yang tidak seperti cagub pada umumnya.
Demikanlah kura-kura
Salam Nyeleneh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar