Siapapun bisa melihat bahwa peristiwa "penistaan agama" ini dijadikan panggung oleh banyak pihak.
Auranya kental sekali dan mereka seperti berdesak2an di panggung yang kecil dan hampir rubuh itu.
Auranya kental sekali dan mereka seperti berdesak2an di panggung yang kecil dan hampir rubuh itu.
Ada yang mencari nama dengan memaki Presiden pake nama binatang. Supaya menonjol dan terlihat berani, dengan tujuan "coblos-lah saya nanti di Bekasi". Gara-gara itu anaknya sampe gak bs cari makan di dunia hiburan. Sungguh kasihan.
Ada juga yang ingin jadi pahlawan dengan niat membuka pintu gerbang supaya demonstran bisa tidur di Senayan. Terakhir berbalik dan menjilat ludah sendiri karena didatangi dan diberi senyuman,, "begini, ehm.. mau diem ato mau dituduh makar ?". Senyum-senyum malu, "ehhehe.. iyah pak, saya diem dah mulai sekarang..".
Ada yang berjubah putih layaknya seorang Nabi teriak, "Kita umat Islam harus berani !!". Ketika dikasi surat panggilan, "Wahai umat Islam, kita dizolimi oleh kompeni!!". Ada ajah strategi playing victimnya.
Didatangi lagi sambil diberi senyuman, "Jadi begini, ehm... mau tetap kerahkan massa atau mau kami kandangkan karena makar?". Senyum-senyum malu, "ehehe.. iyah.. tapi tolonglah kami sudah terima dana. Gimana kalo kami shalat jumat aja, lesehan sebentar? yang penting tugas kami selesai..".
Ada yang teriak-teriak dari Jogja, tapi gada yang dengarkan. Orang dah ga percaya, wong janji jalan kaki aja gak dilaksanakan. Ada juga yang dulu terlihat bersahaja dan pendiam, sekarang sering muncul di wawancarai media online. "Pokoknya, kalau si kepret dilepas, saya akan pimpin perlawanan.." Itu kode keras, mbok ya dananya dikesinikan. Sana dapet, masak sini dilupakan? Kami kan juga butuh makan.
Ada yang aktif di twitter maki-maki meski gaya pakaiannya Islami. Sambil lirik stasiun TV, "Kapan lagi nih gw diundang di ILC ?". Ada ustad-ustadan yang selalu ada disetiap pengajian. Sambil mengerling ke jaringannya di Saudi, "Tolong bilang bos, kirim lagi konsumsi. Masak gak liat keberhasilan gua kali ini?".
Ada juga yang jadi tersangka dan memaksa untuk ditahan. "Loh, gak perlu ditahan kok..". Senyum malu, "Yah, sayang dong.. kalau ditahan kan bisa bikin status - umat Islam doakan saya ya, saya ditahan. Pasti yang like dan share ribuan..".
Ada yang kangen berkuasa tapi sudah tersingkirkan. Gak didatangi, eh kelabakan. Sambil nyuruh-nyuruh si darah biru untuk bilang, "Kami siap jika diundang.." Buset, geernya keterlaluan. Ada juga yang dulu sukses terus tenggelam karena menduakan. Sambil berkaca di cermin, tersenyum senang, "Ini momen yang tidak bisa dilewatkan... saatnya ngetweet dengan ahlak, ahlak dan ahlak..".
Yang sangat elegan adalah model serdadu yang turun lapangan. Rangkul sana rangkul sini, "Semua baik - baik saja, kita pertahankan bhinneka tunggal ika.." Sambil lirik ke istana, "Jangan lupa, 2019 kalau bisa nanti saya no dua.."
Menarik memang panggung politik Indonesia. Ciri khas demokrasi di negara berkembang. Manusianya lucu-lucu dan selalu punya kepentingan. Halal saja sebatas tidak membuat kerusakan. Membangun citra itu perlu, mumpung masih memegang jabatan. Godaan dunia memang sulit dihindarkan.
Saya aja yang lelah melihatnya. Lebih baik minum kopi dan mulai berdoa.,"Tuhan, kenapa orang Indonesia itu lucu, imut dan menggemaskan?".
Tidak lama kemudian terdengar jawaban, "Supaya kamu bisa terus membuat tulisan..".
Denny Siregar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar