Satu kegiatan yang dilakukan presiden Jokowi hari ini, kembali mengundang perhatian. Memanah. Ya, memanah. Archery keminggrisnya. Satu cabang olahraga yang semua orang pasti tahu. Tetapi tidak semua orang bisa melakukannya. Akan terasa amat wajar, jika sosok semacam Ika Yuliana, atau Rina Dewi Puspitasari, yang melakukan olahraga ini. Tentu saja karena mereka adalah atlet-atlet panahan profesional di tanah air.
Lain lagi tatkala seorang Bunga Citra Lestari, Tara Basro, atau Chelsea Islan, yang tiba-tiba harus memegang busur, kemudian menembakkan anak-anak panah ke arah sasaran yang dituju. Ya, ketiga aktris cantik ini pernah memanah juga. Meskipun dalam kapasitas mereka sebagai pelakon. But, wait. Kali ini, yang memegang busur dan anak panah adalah Pak Jokowi. RI 1.
Entah apa yang ada di dalam benak Pak Jokowi. Hari ini, beliau mengikuti sebuah perlombaan memanah di Bogor. Liputan peristiwanya menghiasi media massa dan media sosial. Berbagai tanggapan bermunculan. Yang pro banyak. Yang kontra juga pasti ada. Namun aku tidak akan membahas pro dan kontra ini. Aku cuma ingin sedikit, memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan Pak Jokowi hari ini. Kuekspresikan apresiasi tersebut, di dalam tulisan kali ini.
Sebagai salah satu warga biasa, aku hanya bisa sebatas mereka-reka. Menerka-nerka, kenapa Pak Jokowi lantas memilih berlatih memanah, yang dilanjutkan dengan keikutsertaannya di lomba panahan, yang berlangsung di Bogor hari ini. Terlepas dari apapun alasan beliau, aku pribadi sangat setuju dengan apa yang dilakukan Pak Jokowi ini. Bagaimanapun juga, beliau adalah seorang presiden. Apapun yang diucapkan atau dilakukannya, pasti akan berdampak. Entah dampak dalam waktu dekat. Atau dampak yang masih lama.
Bagiku, pilihan Pak Jokowi untuk memanah sungguh menarik. Ada macam-macam olahraga, yang bisa dilakukan oleh pak presiden. Barangkali, Pak Jokowi bisa mengajak para menterinya untuk bermain sepakbola. Ya, sepakbola. Cabang olahraga terpopuler di jagat raya. Atau mungkin, berlatih kebugaran di fitness center, bersama Kaesang. Putra bungsunya yang sempat melakoni bodybuilding. Bisa juga bermain bulutangkis. Cabang olahraga yang di bawah kepemimpinannya, kembali berhasil merebut medali emas Olimpiade.
Tetapi, Pak Jokowi memilih panahan. Walaupun semua orang tahu olahraga ini, namun bila dibandingkan dengan sepakbola atau bulutangkis, panahan memang kurang populer. Khususnya di dalam negeri. Padahal, memanah sudah ada sejak zaman dimana Nusantara masih berupa kerajaan-kerajaan. Kegiatan memanah dilakukan untuk berbagai kepentingan. Namun satu yang pasti. Memanah dilakukan untuk menembak satu sasaran. Menembus target yang telah ditentukan.
Seperti yang diucapkan Pak Jokowi di depan para jurnalis, sudah pasti beliau mempunyai tujuan. Kenapa akhirnya menyisihkan secuil waktu, tenaga, dan perhatiannya untuk melakoni olahraga memanah tersebut. Beliau berharap, apa yang dilakukannya ini dapat merangsang. Dapat menyulut perhatian masyarakat. Terlebih para generasi muda, agar para anak muda sudi “menengok” panahan. Satu olahraga yang faktanya memang jarang diminati dan dijadikan pilihan bagi mereka yang ingin berkarier di dunia olahraga.
Apa yang dilakukan Pak Jokowi bagiku sungguh brilian. Sebagai pemimpin negara, beliau tidak cuma fokus kepada olahraga populer macam sepakbola dan bulutangkis. Dua olahraga yang rasanya telah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia. Tetapi Pak Jokowi tak lupa memberikan perhatian khusus kepada panahan. Satu cabang olahraga yang kelihatannya remeh-temeh, tetapi nyatanya menjanjikan. Ingat, panahan adalah satu dari tiga cabang olahraga yang pernah menyumbangkan medali Olimpiade bagi Indonesia. Ya, bersama bulutangkis dan angkat besi, panahan pernah membuat atlet Indonesia naik ke podium kehormatan Olimpiade.
Maka dari itulah. Barangkali Pak Jokowi memandang betapa potensialnya cabang olahraga panahan. Sehingga beliau mau menyisihkan waktunya, untuk berpartisipasi di dalam lomba memanah hari ini. Harapan Pak Jokowi dan kita semua tentu saja sama. Panahan dapat kembali berjaya. Menjadi cabang olahraga yang mendapatkan tempat khusus di mata masyarakat. Panahan Indonesia kembali memperoleh pengakuan dunia internasional. Salah satunya dengan merebut medali Olimpiade. Suatu prestasi yang pernah ditorehkan 3 srikandi di ajang Olimpiade Seoul 1988 lalu.
Bravo Mr. President…!
***
Dua hari sebelum Pak Jokowi menjadi penggembira di lomba memanah hari ini, sosial media dihebohkan dengan satu tweet dari presiden RI ke-6, Susilo B. Yudhoyono. Bapak dua anak yang biasa disapa SBY ini, menulis satu pernyataan yang sontak memicu “kericuhan”, khususnya di linimasa twitter. Bahkan, hestek #Ya Allah, Tuhan YME sempat menjadi trending. Hestek ini muncul sebagai reaksi atas cuitan SBY, dimana pernyataan yang ditulisnya di twitter tersebut juga diawali dengan “Ya Allah, Tuhan YME”.
Bagiku, membicarakan sosok SBY sebagai tokoh yang pernah menjabat sebagai presiden Indonesia, tak afdol bila tidak dibandingkan dengan pejabat presiden yang sekarang. Nggak usah jauh-jauh. Aku hanya ingin membandingkan Pak SBY dengan Pak Jokowi, dari kegiatan yang mereka pilih di luar aktivitasnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Kita semua sudah paham benar, kalau SBY suka sekali menyanyi. Salah satu kesempatan bernyanyi yang pernah dilakukan SBY, yang bagiku paling memorable, ketika SBY bernyanyi di konser grand final AFI 2 (2004). Kala itu, SBY sungguh fasih menyanyikan lagu Pelangi di Matamu milik band Jamrud. Lagu ini memang intens dinyanyikannya saat berkampanye untuk Pilpres 2004 dulu.
Kalau SBY suka menyanyi, lain lagi dengan Pak Jokowi. Barangkali ini adalah perbandingan yang tidak seimbang. Tetapi ya sudahlah. Toh, ini ‘kan memang tulisan opini. Kubandingkan SBY yang hobi bernyanyi, dengan Pak Jokowi yang sekarang sedang “suka” memanah. Baik itu menyanyi, atau memanah, dua-duanya tidak ada yang salah. Setiap orang mempunyai hak asasi untuk melakoni dan mengekspresikan hobi dan minatnya masing-masing. Sama halnya dengan Pak SBY dan Pak Jokowi.
Terlepas dari berbagai kontroversinya, ada satu pesan yang bisa diambil dari hobi SBY yang suka menyanyi itu. Lho, jangan heran. SBY tidak cuma bisa menyanyi. Beliau juga piawai mencipta lagu. SBY sudah menelurkan beberapa judul lagu, saat masih menjabat. Lagu-lagu tersebut langsung didaftarkan SBY ke Ditjen Kekayaan Intelektual, Kemenkumham. Hal ini dilakukan untuk melindungi hak kekayaan intelektual (HaKI), yang melekat pada diri SBY sebagai pencipta lagu. Yang dilakukan SBY ini rasanya penting. Karena pembajakan atas karya intelektual seseorang, adalah kejahatan. Dan kita patut meneruskan usaha untuk memerangi pembajakan tersebut.
Buat kamu yang suka menyanyi, ayo menyanyi dengan sehat dan sportif. Juga buat kamu yang ingin mengikuti jejak Pak Jokowi untuk berlatih memanah, ayo memanah dengan merdu dan harmoni. Karena sasaran tidak akan sanggup tertebas anak panah, jika tidak ada keharmonisan di dalam diri masing-masing. Keep calm and smile.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar