Kalian kalau jadi pemimpin, jadi pemimpin yang tangguh. Bukan pemimpin yang cengeng!
Begitu kata “Raja” dari teater Tripikala yang diperankan aktor kawakan Indonesia, Butet Kertaradjasa.
Bukan kerjaannya curhat melulu. Ngeluh sama Tuhan kok di Twitter. Emang Tuhan follow situ?
Bwakakakakkkk… nahhh.. Emang Tuhan follow situ? Mak jleb! Makkk!! Wkwkwkwk…
Pementasan itu diadakan untuk merayakan hari jadi mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, penontonnya dari sekelas Presiden Jokowi sampai rakyat jelata.
Saat sang “Raja” nyeletuk begitu, seisi teater ketawa semua, terpingkal-pingkal. Artinya? Ah sudahlah.. saya tak tega mengatakannya.. hihihii..
Sementara itu, mantan kader partai Demokrat Anas Urbaningrum yang saat ini sedang diprodeokan, mencuitkan suatu sindiran panjang lebar yang tidak dijelaskan diperuntukkan kepada siapa, seperti ini:
- Mohon bimbingan agar pemimpin jika didepan memberi suri tauladan, jika ditengah membaur dengan rakyat, jika dibelakang memberi motivasi kepada rakyatnya
- Jangan sampai perbuatannya seharusnya menjadi tuntunan malah jadi tontonan
- Jangan sampai didepan menghalangi, dibelakang malah membebani
- Jangan lupa bahwa harga diri ada di ucapan dan kicauan
- Jangan sampai bisa mengajari tetapi tak bisa mencontohkan
- Jangan mencari keburukan orang lain
Kalau melihat cuitan tersebut isinya positif semua, memberi nasehat yang baik khususnya kepada para pemimpin,
Jangan yang seharusnya menjadi tuntunan malah menjadi tontonan..
Menjadi banyolan semua orang, sudah tidak ada muka, hancur pula harga dirinya, padahal selama ini pencitraan dirilah yang mati-matian dijejalkan kepada rakyatnya..
Partai Demokrat terbuka, bila Pak Jokowi memang ingin melakukan audiensi, dengar pendapat dengan Pak SBY, kita welcome, tetapi kalau melihat kesenioran, ya seharusnya Pak Jokowi yang menghubungi Pak SBY terlebih dulu.
Begitu kira-kira promosi iklan dari Waketum Partai Demokrat, Roy Suryo saking desperatenya.
Setelah segala ‘aksi’ dari menyindir lewat cuitan hingga memberikan kode-kode alam, sudah dilakukan tetapi undangan yang diharapkan belum juga sampai ditangan..
Whatt? “Melihat kesenioran” Pak?
Yang bener ajah! Senioritas ala militernya SBY please jangan dibawa-bawa kesinih..!
Lagipun SBY sudah jadi rakyat sipil biasa, bukan lagi seorang Jendral atau presiden lagi, cuma MANTAN! Camkan itu.. Mantan! (Pak, kok kesannya gak rela banget sih dijadiin mantan? Hihihii)
Jokowi pun bukan mantan seorang militer, jadi tidak ada urgensinya mengedepankan kekentalan “Senior dan Junior” diantara mereka, helloooww… wake up Pak, jangan bernostalgila terus, udah ganti zaman inih!
Kalau Pak Beye sudah melakukan segala hal secara implisit (malu-malu kucing, malu-malu tapi mau) demi menarik perhatian dan mengharapkan undangan makan siang dari Pakde Jokowi, sayangnya yang merespon kebaperan Pak Beye malah orang lain, haiyyahh… gagal maning.. gagal maning, Son…
Adalah Farhat Abbas yang berbaik hati mau menanggapi kebaperan Pak Beye (tumben kali ini Farhat Abbas “waras” dan saya setuju sekali dengan cuitannya);
Sewaktu anggota P. Demokrat byk masuk bui karna korupsi, Pak @SBYudhoyono gk pernah blg Ya Allah, Negara kok jd begini korupsi merajalela
Jleb! banget ituh, Pak! Tapi sayangnya komentar tersebut entah sampai atau tidak ke telinga Pak Beye, kalau pun sampai mungkin hanya dianggap angin lalu,
Memangnya siapa Farhat Abbas?Yang saya tunggu itu undangan resmi dari Pak Jokowi, Saya akan tetap menunggu.. Walaupun harus menunggu sampai lebaran Kuda, saya kan SENIOR, tidak boleh minta ketemu duluan. Aib!
Hahaha, kasihan Om Farhat ndak dianggap.. Padahal kali ini cuitannya lumayan waras dan langsung menyentil seorang mantan tiran yang baperan akut dan gila hormat. (Pukpuk Om Farhat, mungkin Anda akan beruntung lain kali)
Lain Farhat Abbas lain pula Pak Antasari Azhar,
Pembaca Seword masih pada inget dong sama mantan ketua KPK yang berhasil dikriminalisasi dan dipenjarakan selama 7 tahun di era kepemimpinan Pak Beye?
Padahal saat itu KPK lagi garang-garangnya, lagi on fire, lagi tajam-tajamnya, sayangnya mereka dikebiri, apalagi setelah mereka berhasil memenjarakan besannya Pak Beye, mertuanya si Agus, Aulia Pohan karna kasus korupsi.
Pak Beye awalnya dielu-elukan karna kejadian ini, karna dia membiarkan besannya digaruk ke hotel prodeo, masyarakat jadi bangga,
Pak Beye keren!! Besannya ditangkap KPK dibiarkan saja, tidak diinterupsi..
Mungkin begitu fikiran polos mayoritas rakyat Indonesia waktu itu, kita pun jadi menaruh harapan besar dan kepercayaan pada orang ini, tapi kita tidak tau permainan apa yang sedang dilakonkan oleh Pak Beye kala itu, terbukti seperti lalat, sekali tepuk KPK langsung mati. Tokcer!
Setelah Pak Antasari Azhar dikasuskan, giliran wakilnya Pak Chandra Hamzah dan Bibit Samad yang direncanakan juga akan dikriminalisasi, tetapi terimakasih Tuhan hal itu tidak terjadi. Waktu itu kasusnya heboh sekali, banyak masyarakat yang anti korupsi mendatangi gedung KPK dan menjaga agar para pimpinan KPK tersebut tidak disentuh barang sedikitpun oleh pihak kepolisian, bahkan dokumen-dokumen yang ada di gedung KPK pun dijaga ketat oleh TNI dan rakyat waktu itu. (saya amat bangga pada rakyat dan TNI) #terharu
Inilah bukti nyata rakyat mendukung KPK, tetapi sayangnya setelah kejadian itu dan berganti pimpinan, KPK terkesan loyo tak bertenaga, KPK seolah kehilangan taringnya, tidak bertaji lagi. Entah kemana perginya KPK yang dulu garang itu, tidak ada lagi jejaknya.
Bahkan setelah kejadian kriminalisasi kepada pimpinan KPK tersebut, para pimpinan yang lain ketakutan akan di Antasari kan istilahnya, mungkin hal inilah yang membuat KPK sekarang tidak bertaji, mereka seperti macan ompong, cuma bisa mengaum tanpa bisa menerkam. Kalau begitu, taktik orang yang menginginkan KPK menjadi macan ompong seperti sekarang sudah berhasil..
Beberapa bulan yang lalu Pak Antasari Azhar bebas bersyarat, akhirnya beliau bebas setelah lama mendekam dipenjara. Waktu itu beliau mengatakan;
Saya ikhlas, saya memaafkan dan meninggalkan semua dendam dan marah saya di balik tembok penjara..
Begitu kira-kira curahan hatinya, mengapa beliau mengikhlaskan kedzhaliman yang diterimanya? Bukan karna takut “dipenjara” nya, tapi beliau tidak ingin lagi kehilangan waktu kebersamaan dengan anak dan istrinya, bahkan saat salah satu anaknya menikah pun beliau tidak bisa hadir di pesta tersebut, ayah mana yang rela kehilangan moment berharga itu? Apalagi kalau beliau merasa dipenjara bukan karna perbuatannya.
Tetapi tak disangka sebelumnya, ternyata Pak Antasari menanggapi kicauan Pak Beye seperti ini;
Daripada mengeluh negara kacau, mendingan Pak Beye ikut mengusut kasus saya dan mengungkap siapa dalang dibaliknya, yang kejadiannya terjadi dimasa kepemimpinan Pak Beye, saat ini negara dalam keadaan baik kok, apanya yang kacau?
Begitu kira-kira tanggapan Pak Antasari kepada Pak Beye, tetapi seperti tanggapan “waras” nya Om Farhat, tanggapan Pak Antasari Azhar kali ini juga entah didengarnya atau tidak.. (sepertinya juga tidak, hihi..)
Apalagi bila melihat hubungan kedua mantan petinggi itu, yang seperti terjadi perang dingin. Menurut Pak Antasari, saat dirinya dipenjara tak sekalipun Pak Beye menjenguknya, padahal Pak Antasari adalah bawahannya, lain hal dengan Pak JK yang datang beberapa kali dan bahkan membawakan kue kering segala sebagai ungkapan perhatian kepadanya.
Maka tidak mengherankan saat Pak Antasari melakukan syukuran atas kebebasan bersyaratnya, beliau mengundang hampir semua pejabat dan mantan pejabat termasuk Pak JK dan mantan teman sejawatnya di KPK, terkecuali Pak Beye. (Siape loe? Huh!)
Tetapi kita tidak heranlah bila melihat Pak Beye yang tidak peduli dengan siapapun termasuk mantan bawahannya, wong kepada Soetan Bathoegana yang semasa hidup dan gagahnya saja selalu “berlaku” bagai “anjing piaraannya”, dia tak peduli kok!
Sampai Soetan Bhatoegana di penjara dan sakit yang membuatnya hanya tinggal tulang terbungkus kulitpun dia tidak peduli. (saya yang sebelumnya benci setengah mampus dengannya karna indikasi korupsi yang dilakukannya, menjadi kasihan dan berharap Pak Beye mau menengoknya di rumah sakit).
Yang trenyuh adalah dihari-hari terakhir sang kader Demokrat itu didunia, waktu itu dia sepertinya sangat mengharapkan kedatangan boss nya itu, tetapi sayang sungguh sayang..
Siapa itu Soetan Bhatoegana?
Mungkin itulah yang ada dikepala Pak Beye, siapapun yang pernah dekat dan mengabdi padanya, disaat dia jatuh terperosok ya langsung “elu gue end!”, kita tidak saling mengenal lagi, itu yang saya tangkap dari cara Pak beye memperlakukan orang-orang disekelilingnya.
Jadilah di akhir masa hidupnya keinginan Soetan Bhatoegana untuk bertemu Pak Beye tidak terkabul, Pak beye baru datang melayat saat mantan kadernya itu sudah jadi mayat. Ter la lu!
Kembali kepada semua cara yang dilakukan Pak Beye agar diundang makan bareng Jokowi ke Istana, yang sepertinya hanya dianggap angin lalu saja oleh Pakde Jokowi, beliau malahan komen;
Jangan mengeluh terus..
Begitu kira-kira yang dikatakan Pakde Jokowi, disaat yang sama beliaunya malah asik ikutan lomba Panahan…
Jleb! Pak.. Ada orang caper kok malah ditinggal main Panahan, ki piye?
Lurus banget, gak pake perasaan sama sekali, ini nih macem cewek yang pengen diperhatiin cowoknya tapi gengsi banget kalo harus bilang;
“Honey, kamu kok gak perhatian lagi sama aku? kamu berubah! Aku tuh gak bisa diginiin… aku mau diperhatiin kamu lagi.. :(“
Jadilah si cewek melakukan berbagai cara buat narik perhatian cowoknya, yang sayangnya si cowok lempeng banget jawabanya..
Kalo saya mah udah langsung melipir kepojokan sambil bilang;
“Honey, yang kamu lakukan ke saya itu jahattttt…..”
dan berakhir dengan elo-gue end! Gudbye darling! Hikhik… #sakitnyatuhdisini.. #merana #ehh..
Minggu yang lalu ada foto yang membuat saya amat jatuh cinta, dengan kedua orang tersebut dan dengan foto yang beredar tersebut.. Saya jatuh cinta dengan ketulusan kedua tokoh bangsa kita..
Foto disaat Eyang Habibie mendatangi Pakde Jokowi di Istana Negara, terlihat teduh dan damai sekali melihat kebersamaan mereka, eyang Habibie yang sudah sepuh bahkan sambil memegang tangan Pakde Jokowi saat berjalan, pun saat Eyang Habibie beranjak meninggalkan Istana, Pakde Jokowi melepasnya dengan penuh hormat seperti seorang anak kepada ayahnya, bukan kepada seniornya (colek @Pak Beye).
Terlihat jelas betapa kedua orang baik ini saling menghormati, saling menghargai, saling menyayangi, nyatanya tidak sulit menemui Jokowi, wong Eyang Habibie yang baru pulang dari Jerman saja begitu sampai tanah air tidak perlu waktu lama sudah bisa menemui Pakde Jokowi di Istana, kok!
Apalagi yang sehari-harinya cuma ngendon di Cikeas, apalah susahnya? (gengsi?)
Ngomongin Pakde Jokowi yang gak pernah nanggepin kelakuan bocahnya Pak Beye tuh saya jadi bertanya-tanya,
“Apakah sikap seperti itu adalah sikap khas orang Jawa? Yang kata orang, wong Jowo itu saklek!”
Ataukah saking malesinnya kelakuan Pak Beye yang membuat orang sesabar Pakde Jokowi saja enggan buat menanggapinya, apalagi mengundangnya makan siang di Istana? Uwoww..
Karna kalau mau ngomongin baper dan curhat, Jokowi juga banyak kena fitnah dan hoax dari semasa beliau nyapres tahun 2014 yang lalu, saat sudah jadi presiden pun beliau banyak “digoyang” kanan kiri, nyatanya beliau woles saja, mana pernah beliau playing victim, menjadi Drama King seperti Pak Mantan itu, padahal Pakde Jokowi bukan seorang Jenderal, cuma tukang kayu dari dusun.. kurus kering pulak tuh badannya.. (lap keringet)
Saya kerja kerja kerja, tidak ada waktu buat curhat curhat curhat
Mungkin begitu didalam hati Pakde Jokowi, ya sudahlah Pakde, ndak usah diurusin toh orang bapernya, mungkin dianya punya dunia sendiri, Pakde mah kerja kerja kerja saja yaa.. buat kami bangga menjadi Indonesia, buat kami bangga memiliki Pakde..
Dan Pak Beye, sudahilah dramamu itu, berhentilah menjadikan Anda seorang ‘badut‘ nasional, biarlah kami tetap mengingat Anda sebagai seorang mantan presiden 2 periode, tanpa embel-embel yang lain..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar