Babu, itu katamu..
Seakan tiada lagi kata yang lebih baik bagi mereka yang sedang berjuang di tempat jauh..
Mungkin kamu tidak tahu
Tiga tahun lalu mereka semua memasukkan uang lebih dari 100 triliun rupiah..
Dua tahun lalu mereka bawa lebih dari 140 triliun rupiah
Dan kemarin diharapkan tumbuh karena ada kenaikan upah di Timur Tengah
Kita sejak lama menggelari mereka sebagai Pahlawan devisa
Karena ditengah lesunya ekonomi negara
Merekalah penyelamatnya..
Dengan semua apa yang mereka lakukan
Tetap kau beri nama mereka Babu
Sebutan yang sangat merendahkan..
Okelah, tuan..
Yang duduk di ruang dingin di Senayan
Yang kalau rapat tidur sampe ngiler tak tertahan
Kadang datang, seringnya enggan
Berjas tapi jarang bercelana dalam
Hidup ditunjang dari uang sidang
Maukah kau kuberi gelar
Yang sesuai dengan apa yang kau kerjakan
Dengan tanpa merendahkan..
Kita panggil saja dirimu Penjual Congor..
Modal ngomong ampe jontor
Kadang rusak kayak dislepet tali kolor
Kadang muncung kayak pinggiran kompor
Bentar, itu bibir apa traktor?
Ah, jadi ingat kabar lama..
Ada yang dipecat dari partainya
Lalu mau ditendang dari kursinya
Sesenggukan di depan media
"Nanti keluargaku makan apa?"
Ternyata babu yang kau bilang itu..
Jauh hidup lebih terhormat
Mereka hidup dari hasil keringat
Bukan makan dari hasil menjilat..
Sudah malam, puas hatiku..
Secangkir kopi telah kuseduh
Ingin kutawarkan padamu
Sini duduk dekatku..
Aku minum kopinya
Cangkirnya buat kamu..
Jangan ditelan
Kunyah aja perlahan..
Krauk.. krauk.. krompyang..
Mirip kuda lagi lebaran..
Sumber : Denny Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar