Senin, 06 Februari 2017

Jokowi Terus Tekuk SBY

Pasca lengser dari kursi Presiden, SBY mengalami post power syndrom. Ia merasa kehilangan peran dalam politik nasional. Menjadi ketua umum partai Demokrat, ternyata tidak cukup menghibur jiwanya. Apalagi Demokrat yang pernah pemenang pemilu, kini menjadi partai penggembira.
Jelas SBY mengalami kehilangan besar pasca 10 tahun duduk di atas takhta. Ia kehilangan kendali di dalam pemerintahan, KPK, Kejaksaan, kepolisian dan TNI. Pengaruhnya di DPR kini hanya sekedar membuat kegaduhan. Selebihnya, ia hanya mampu berteriak di Twitter dengan suara galau. Di sana ia memposisikan diri sebagai sosok yang terus dizalimi, difitnah atau disadap. Dan ini jelas tidak cukup memuaskan naluri kekuasaannya.
Ketakutan SBY yang setiap saat diusut harta kekayaannya (Agus sendiri dengan pangkat mayor sudah punya harta kekayaan lebih 20 miliar), membuat hidupnya tidak tenang. Hari-hari SBY dilanda ketakutan dan kekhawatiran. Apalagi isu-isu korupsi di bank Century, Tax Amnesty Jokowi yang menyasar SBY, rekayasa kasus Antasari yang dihubung-hubungkan dengan dirinya, membuat SBY terus berjuang keras meraih kembali kekuasaan.
Tadinya, SBY akan bermain cantik di DPR. Ambisinya adalah menjadi pemegang kunci di legislatif. Perseteruan sengit antara Koalisi Merah Putih (KMP) vs Koalisi Indonesia Hebat membuat SBY bersorak kegirangan. SBY pun bermimpi bahwa akan mampu mendikte pemerintahan Jokowi lewat DPR. Demokrat menjadi partai penyeimbang. Lalu apa yang terjadi kemudian? Dengan strategi jitu, Jokowi di luar dugaan, mampu memporak-poraknda KMP dan malah berbalik mendukung pemerintahannya. Untuk pertama kali, Jokowi tekuk impian besar SBY.
Sadar akan kegagalan partai Demokrat menjadi partai kunci di DPR, SBY kembali memutar otak. Kesepian dan perasaan besar kehilangan kendali pada kekuasaan, membuat SBY membidik Pilkda DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019. SBY pun dengan gagah berani melakukan Tour de Java selama sebulan untuk mengingatkan rakyat bahwa dirinya masih eksis dan will come back ke depan. SBY mulai membangun citra, menjadikan dirinya menjadi sosok yang dirindukan.
Akan tetapi lagi-lagi dengan strategi jitu, Jokowi menghancurkan Tour de Java SBY itu. Hanya dengan mendatangi Hambalang, pusat korupsi partai Demokrat, Jokowi mampu membuat SBY malu. Di Hambalang, Jokowi hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya memperlihatkan proyek Hambalang yang telah menjelma bagai rumah hantu. Hasilnya, Tour de Java SBY, langsung hancur lebur. Untuk kedua kalinya, Jokowi kembali tekuk SBY. SBY pun secara diam-diam mulai membidik Jokowi.
Lewat Pilkada DKI Jakarta, SBY mencoba merebut kembali kekuasaan. SBY langsung turun gunung dengan mengorbitkan Agus, puteranya sendiri, menjadi calon gubernur. Kalkulasi SBY dengan jitu memnyimpulkan bahwa Agus mampu menang dan mengalahkan Ahok yang double minoritas. Blunder Ahok yang menyerempet Surat Al-Maidah ayat 51, membuat SBY bersorak kegirangan. Aguspun terlihat di atas angin. Situasi  itu membuat SBY tersenyum lebar selebar Hambalang.
SBYpun memanfaatkan situasi dengan membidik dua korban sekaligus, yakni menjegal Ahok di DKI sekaligus membidik Jokowi di istana. Teriakan SBY dengan judul demo sampai lebaran kuda, sukses memancing demo besar 411 dan 212. SBY mengharapkan agar Jokowi tetap membela Ahok sampai babak belur. Dengan demikian isu pembelaan Jokowi itu akan terus digoreng untuk memancing demo yang lebih besar dan lebih besar. Tujuannya adalah pelengseran Jokowi melalui upaya makar.
Akan tetapi strategi SBY itu, dijawab dengan strategi jitu Jokowi. Jokowi ternyata membiarkan Ahok menjalani proses hukum. Jokowi sama sekali tidak membela Ahok dan membiarkan kudanya Ahok, menjadi tersangka. Sepertinya SBY secara semu sukses akan strateginya. Namun apa yang terjadi? Serangan balik Jokowi datang laksana tsunami. Jokowi terus membidik lawan-lawannya sampai tidak berkutik.
Lewat Kapolri Tito, upaya makar sukses digagalkan. Para pelakunya ditangkap dan sekarang terus diusut. Rizieq Shihab bos FPI yang melambung di saat demo, kini kembali membumi setelah ditekuk. Sylviana yang maju penuh percaya diri mendampingi Agus, diungkit masa lalunya yang ternyata terkait dengan bau busuk kasus korupsi. Jokowi pun dengan cantik menyentil SBY dengan memberi grasi kepada Antasari Azhar.
Bagaimana dengan Agus? Lewat acara debat yang diselenggarkan oleh KPU, SBY terpaksa menanggung malu melihat kapasitas ingusan Agus dalam memimpin ibu kota. Sementara sidang-sidang Ahok di pengadilan, terus membuka kedok kesaksian palsu para saksi pelapor. Hasilnya elektabilitas Agus terus turun. SBYpun dilanda ketar-ketir.
Pada sidang ke-8 Ahok, Selasa 31 Januari 2017 lalu, Ahok dan para pengacaranya mencoba menyibak semak. Dan ternyata keluarlah SBY dari persembunyiannya. SBY pun mengakui bahwa ada pembicaraan antara dia dengan Ma’ruf Amin. Tanpa malu  SBY menyimpulkan bahwa Jokowi ingin bertemu dengan dirinya namun dihalangi oleh tiga orang. Tidak berhenti sampai di situ, SBY membeberkan di hadapan publik bahwa ia telah dizalimi dengan cara disadap. Namun apa reaksi Jokowi?
Lagi-lagi Jokowi kotakkan SBY. Jokowi dengan tegas mengatakan bahwa tak ada pihak yang mampu menghalangi dirinya sebagai presiden untuk bertemu dengan seseorang. Pun soal penyadapan SBY, Jokowi malah kembali mengembalikan hal itu di pengadilan  dan kepada SBY sendiri. Dengan santai Jokowi mengatakan bahwa urusan sadap-menyadap itu bukan urusannya namun urusan pengadilan.
Ternyata taktik SBY yang mencoba menyeret-nyeret Jokowi pada setiap kegalauannya, kembali gagal total. Kini SBY lewat fraksi Demokrat di DPR, berterik-teriak mengandalkan ancaman hak angket. Apakah hak angket itu akan sukses diluncurkan? Jelas tidak. Ancaman itu pun bisa dipastikan akan kembali ditekuk Jokowi dengan strategi padamkan api sebelum menyala. Jika demikian maka Jokowi lagi-lagi tekuk SBY.
Lalu bagaimana jika Agus gagal menjadi gubernur DKI Jakarta? Jika Agus gagal, maka hal itu akan menjadi puncak kesuksesan Jokowi dalam menekuk SBY. Konser dua jari Ahok hari ini, bisa jadi telah membuat SBY semakin ketar-ketir dan berkunang-kunang. Begitulah kura-kura.
Sumber : seword.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar