Senin, 06 Februari 2017

SAYA ATAU KAMU YANG MUNAFIK?

Negara
Kemunafikan
Gelar saya di teman-teman masa kecil bertambah lagi menjadi munafik karena pandangan politik saya. Pengertian mereka, munafik adalah mereka yang percaya Alquran tetapi melanggar perintah di dalam Alquran sendiri. Dan perintah itu salah satunya adalah larangan memilih pemimpin kafir.

Ah, kawan.. sungguh nikmat memang ketika kita bermain sebagai Tuhan. Dengan menempatkan diri pada posisi itu, kita bisa menghakimi orang dengan semau kita.

Tapi maaf, saya manusia biasa dan bukan Tuhan. Karena itu saya tidak mau menghakimi kamu, karena hakim sesungguhnya adalah Dia yang Maha, dia yang mengetahui segala isi dalam pikiran dan hati manusia.

Jika kamu mengartikan "kafir" adalah mereka yang non muslim, saya senyum saja. Saya ingin bertanya, "Benarkah kamu muslim?" Karena muslim bukan hanya sekedar identitas. Muslim adalah pencapaian, karena arti sebenarnya muslim adalah mereka yang berserah diri kepada Tuhan dengan mengikuti petunjuk Nabi-Nya.

Dan dalam pengertian itu, mengaku muslim saja saya malu. Karena saya masih suka dunia, saya masih suka mengeluh dan kadang tidak percaya bahwa dibalik sesuatu yang buruk yang terjadi sekarang, ada kebaikan di depan saya nantinya.

Dan jika saya munafik karena memilih pemimpin "kafir" menurutmu, bolehkah saya bertanya? Apakah saya munafik karena memilih seseorang yang benar-benar bekerja, bukan hanya sibuk cari muka dan bagi-bagi uang saja?

Apakah saya munafik karena mempercayai orang yang sedang berjuang untuk sesuatu yang lebih baik, mengangkat martabat orang yang tidak seiman dengannya dengan memfasilitasinya bepergian ke tanah suci?

Apakah saya munafik ketika saya kagum melihat hasil kerjanya, sungai-sungai bersih, banjir sudah jauh berkurang, tempat maksiat ditutup dan diganti area publik, hal yang selama puluhan tahun dibiarkan?

Apakah saya munafik ketika menaruh harapan pada orang yang berhasil mencegah kerugian negara triliuan rupiah akibat bengkaknya anggaran karena dibuat oleh para pencuri?

Lalu bagaimana dengan kamu.. iya kamu.. yang tahu benar bahwa ia melakukan itu dan tetap menutup mata akan fakta-fakta itu, hanya karena ia tidak seiman denganmu? Apakah itu bukan munafik namanya?

Lalu bagaimana dengan kamu.. ya, itu kamu.. yang tahu bahwa ia yang kamu bilang penista agama adalah korban dari pelintiran kata-kata padahal ketika kamu menonton videonya kamu sama sekalu tidak melihat ia menistakan apa-apa?

Dia korban fitnah dan kamu mempercayai fitnah yang terus menuju padanya, sedangkan kamu selalu update status berkata, "Percayalah kepada pemimpin dimana panah-panah fitnah menuju ke arahnya.."

Apakah kamu.. iya kamu.. kamu itu.. bukan masuk golongan orang-orang munafik? Saya berkata dengan nurani, kamu teriak dengan kebencian. Jadi siapa diantara kita yang munafik?


Saya hanya memilih pemimpin administrasi, bukan pemimpin umat. Sudahlah, kita bukan Tuhan, jadi tidak perlu menjadiNya. Yakini apa yang kamu yakini, tapi jangan hakimi mereka yang tidak sama dengan apa yang kamu yakini. Mungkin kita beda pandangan tentang konsep munafik. Oh iya, maaf. 

Kamu di bumi datar, saya di bumi bulat. Pantas aja. Kapan kita minum kopi bersama lagi? Nanti saya minum kopimu, dan saya beri cangkirku untuk kamu. Dikunyah ya.. jangan ditelan.. Seruput..

Sumber : Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar